Berita Viral

Curhat Istri Yai Mim Minta Setop Perseteruan dengan Sahara, Geram Keluarga Eks Suami Ikut Diganggu

Rosyida Vigneswari, istri Mantan dosen UIN Malang,  Imam Muslimin alias Yai Mim tampak sudah gerah atas perseteruan dengan tetangganya, Nurul Sahara

|
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
IG/mohammad_imammuslimin
CURHAT ISTRI YAI MIM- Rosyida Vigneswari, istri Mantan dosen UIN Malang,  Imam Muslimin alias Yai Mim tampak sudah gerah atas perseteruan dengan tetangganya, Nurul Sahara yang tak kunjung meredah. 

Yai Mim Siap Perang Lawan Sahara

Disisi lain, sang suami Yai Mim menegaskan tak akan membuka pintu damai untuk Nurul Sahara, tetangganya usai ribut diduga persoalan lahan.

Yai Mim mengungkapkan dirinya tidak pernah menuntut agar tetangganya itu meminta maaf.

Sebaliknya, ia menuturkan bahwa secara pribadi tidak pernah menganggap Sahara bersalah.

"Secara pribadi saya dan istri, Rosida, tidak ada masalah. Bagi saya, Ibu Sahara bukanlah kesalahan, tapi sebuah kebenaran. Maka saya tidak menuntut Ibu Suhara untuk minta maaf, karena bagi saya ia tidak salah,” kata Yai Mim, seperti dikutip dari Instagram resminya pada Rabu (1/10/2025). 

Meski begitu, ia menilai tindakan yang dilakukan Sahara menimbulkan keresahan hingga berdampak pada kalangan keluarganya maupun masyarakat luas setelah viral di media sosial. 

“Dampaknya terasa bagi anak dan istri lama saya, mantan istri, menantu, santri, bahkan masyarakat luas sampai Papua. Mereka resah,” terangnya.

Dalam pernyataannya, Yai Mim menegaskan bahwa dirinya berpegang pada prinsip perang ala Majapahit yang tidak mengenal kata mundur maupun mediasi.

Pasukan Majapahit selalu menyerang habis-habisan tanpa mengenal gencatan senjata. 

Bahkan, Yai Mim telah menunjuk "Panglima Perangnya" bernama Agustian Anggi Siagian untuk menghadapi kasus hukum yang menimpanya. 

Baca juga: Sosok Rosyida Vigneswari Istri Yai Mim Eks Dosen Malang Seteru Dengan Sahara, Jabat Pimpinan di Bank

Menurut Yai Mim, terdapat kaedah dalam ilmu perang yang diadopsi dari tradisi Majapahit, yakni “berlalang menyambar mangsa.” Artinya, ketika perang sudah dimulai, serangan harus dilakukan habis-habisan hingga lawan benar-benar kalah.

"Nah, kalau sudah perang, tentara Majapahit terus habis-habis sampai mati," katanya.

“Kalau sudah generang perang ditabuh, tidak boleh mundur apalagi gencatan senjata. Tidak ada istilah mediasi,” tegas Yai Mim.

Yai Mim bahkan tak mau Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, untuk tidak ikut campur dalam konflik mereka. 

Ia meminta Wali Kota Malang untuk jadi penonton "perang" antar mereka.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved