Berita Viral

Daftar Korban Tewas Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Bertambah 2, Ada yang dari Bangka Belitung

Korban tewas bertambah dua dalam insiden ambruknya mushala Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo, Jatim. Total jadi 5 korban meninggal dunia

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
surya.co.id
EVAKUASI KORBAN- Petugas gabungan dari Basarnas dan sejumlah pihak masih terus melakukan upaya evakuasi terhadap para korban bangunan roboh di kompleks Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025) malam. Korban tewas bertambah dua dalam insiden ambruknya mushala Pondok Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo, Jatim. Total jadi 5 korban meninggal dunia 

Data tersebut nantinya akan dicocokkan dengan hasil pemeriksaan medis dari Posko Post-Mortem.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan analisa tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.

Puluhan santri diperkirakan masih terjebak di dalam reruntuhan bangunan. Hari ini telah memasuki masa golden time atau 3x24 jam.

“Golden time akan berakhir sore hari. Terkait keputusannya seperti apa, nanti akan dirapatkan lagi,” kata Direktur Operasi Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, Rabu (1/10/2025).

 Penyebab Ambruk

Pihak Basarnas akhirnya menguak alasan tidak menggunakan alat berat dalam proses evakuasi korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo

Menurut Basarnas, penggunaan crane atau ekskavator justru berisiko memperparah kondisi korban yang masih terjebak di reruntuhan. 

Dalam penjelasan salah satu anggota Basarnas melalui akun TikTok @egaprasutia, bangunan pesantren itu mengalami pola keruntuhan pancake. 

“Bangunan pesantren ini mengalami pola keruntuhan pancake, di mana material satu menimpa material lain dan memiliki stabilitas yang sangat rendah. Karena itu dibutuhkan shoring atau penopang untuk menstabilkan material sebelum evakuasi,” jelasnya melansir dari Surya.co.id, Rabu (1/10/2025)

Ia menambahkan, penggunaan alat berat bisa memicu keruntuhan susulan. 

“Jika material langsung dipindahkan, dikhawatirkan memicu keruntuhan lanjutan yang memperparah kondisi korban. Evakuasi dilakukan dengan sistem bergantian menggunakan peralatan khusus, dengan penuh pertimbangan keselamatan korban maupun petugas,” lanjutnya. 

Hal senada diungkap Kepala Basarnas, Marsekal Madya Mohammad Syafii. 

Basarnas menegaskan tidak ada alat berat yang boleh diturunkan dalam tahap awal pencarian. 

“Untuk menyelamatkan korban dalam kondisi selamat, penggunaan alat berat belum dimungkinkan lantaran potensi getaran yang dapat mengubah struktur bangunan,” ujarnya, Selasa (30/9/2025). 

Syafii menyadari, keputusan ini tidak mudah. Di tengah tekanan waktu dan harapan keluarga, crane atau ekskavator tampak sebagai cara tercepat. 

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved