Puisi

Isi Puisi 'Mata Luka Sengkon Karta' karya Peri Sandi Huizche, Tragedi G30S PKI

Inilah teks puisi Mata Luka Sengkon Karta" karya Peri Sandi Huizche yang pernah populer dan viral di media sosial.

Editor: Abu Hurairah
Youtube/Peri Sandi Huizche
KUMPULAN PUISI POPULER - Thumbnail video puisi berjudul 'TERBARU.. MATA LUKA SENGKON KARTA | Peri Sandi Huizche' dari Youtube Peri Sandi Huizche. Isi Puisi 'Mata Luka Sengkon Karta' karya Peri Sandi Huizche, Tragedi G30S PKI 

Pemusnahan golongan kiri
PKI wajib mati. Pemimpin otoriter, REPELITA
Rencana pembanguna lima tahun
Bisa jadi rencana pembantaian lima tahun

Di tahun-tahun berikutnya
Kudapati penembak misterius
Tak ada salah apa lagi benar
Tak ada hukum Negara

Pembantaian dimana-mana
Diburu sampai got
Dor di mulut
Dor di kepala,
Diikat tali
Dikafani karung

Penguasa punya tahta
Yang tidak ada
Bisa diada-ada

Akulah sengkon yang sakit
Berusaha mengenang setiap luka
Di dada, di punggung,
Di batuk yang berlapis tuberculosis

Malam Jumat, 21 November 1974
Setiap malam jum’at
Yasin dilantunkan dengan khidmat
Bintang-bintang berdzikir di kedipannya
Suara-suara binatang melengkingkan pujian-pujian untuk Tuhan

Istriku masih mengenakan mukena
Mengambilkan minum dari dapur
Di kejauhan terdengar warga desa gaduh
'Adili saja si keluarga rampok itu!'
'Ya… usir dari kampung ini!'
'Bakar saja rumahnya!'
'Betul!'

Dilubang bilik
Ada banyak obor dan petromak menyala
Teriakan tegas
‘Saudara sengkon, Saudara sudah dikepung ABRI
Kalau mau selamat menyerahlah. Saudara tidak bisa kabur’

Istriku kaget
'Kok kamu, kang?'
Kebingungan
'Demi Allah saya tidak berbuat jahat!'

Masih dalam suara yang sama
‘Kalau saudara tidak mau keluar dalam hitungan tiga. Kami akan mengeluarkan tembakan peringatan
‘Satu! Dua! Ti …’ Secepat yang kubisa

Di pintu,
Ratusan warga mulai melontarkan sumpah serapah
Anjing...babi...bagong...tai...sampah

Segalanya ada di mulut warga
Kata-kata tak mewakili perikemanusiaan
Warga desa bengis seperti serigala
Taka da rasa kasihan

Dari batu sampai bambu
Dari golok sampai balok
Diacung-acungkan ke arahku

Serentak berkata ‘Allahu Akbar’
Batu, bambu dan balok beterbangan ke arahku
‘Saudara-saudara sekalian, tolong hentikan
Biar pengadilan yang menentukan hukuman’

Aku masih diselimuti kebingungan
Disambut rajia seluruh badan
Kepalaku ditodong senjata laras panjang
Mendekati puluhan ABRI dan Polisi

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved