"Itu sudah diserahkan kepada pihak keluarga kepada pihak-pihak yang melakukan penyelidikan. Kami minta diperdalam apa makna dari simbol-simbol itu, pesan apa yang terkandung dalam simbol itu," kata dia.
Minta Keadilan ke Prabowo
Sementara itu, Subaryono, ayah Arya meminta bantuan Presiden RI Prabowo Subianto mengungkap misteri kematian anaknya.
Subaryono mengatakan bahwa dirinya yang sudah berumur 70 tahun merasa lemah, dan peristiwa ini menyangkut anaknya yang berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Oleh sebab itu, lanjutnya, ia meminta agar pimpinan tertinggi negara, yaitu Presiden RI Prabowo Subianto, turut mengungkap misteri kematian Arya.
"Kami memohon kepada yang terhormat Presiden Republik Indonesia, yang terhormat Bapak Prabowo Subianto, kami mohon dengan rendah hati dan kami mohon setulus-tulusnya," katanya.
Subaryono secara tersirat mengatakan anaknya tidak ada indikasi hidupnya tak bahagia hingga mengalami depresi dan berakhir seperti ketika kali terakhir ditemukan di kamar kos.
Orang Tua Arya Daru Terpukul
Diberitakan sebelumnya, Arya Daru ditemukan tewas dengan kondisi kepala tertutup lakban di dalam kamar kosnya, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) pagi hari.
Di balik misteri kematian Arya Daru Pangayunan, tersimpan fakta memilukan yang jauh lebih dalam dan menyayat hati.
Baca juga: Kasus Kematian Diplomat Muda Arya Daru Temukan Fakta Baru: Paket Simbol Misterius Diterima Keluarga
Kedua orang tua Arya Daru kehilangan seorang anak sematawayang kebanggaan mereka.
Subaryono pun mengisahkan kehadiran Arya Daru adalah sebuah perjuangan luar biasa yang dinanti-nantikan.
"Matinya Arya Daru merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi keluarga kami. Banyak hal yang membuat kami menjadi syok, terpuruk, dan tidak berdaya," ujar Subaryono, mengawali curahan hatinya, saat jumpa pers, di Yogyakarta, Sabtu (23/8/2025), dilansir dari tayangan Tribun Jogja.
Bagi Subaryono dan istrinya, Titi Sulatri, Daru bukanlah sekadar anak tunggal.
Ia adalah sebuah keajaiban, jawaban atas doa-doa panjang setelah melewati jalan sunyi yang penuh kegagalan dan air mata.
"Saya hanya berdua dengan istri saya dan Daru adalah anak tunggal kami. Anak tunggal yang kami tunggu-tunggu setelah tiga kali gagal, keguguran dan dokter baru menemukan terapinya. Keempat, lahirlah seorang bayi laki-laki yang kami beri nama Arya Daru Pangayunan," kenangnya.
Baca juga: Instagram Arya Daru Mendadak Aktif 40 Hari Setelah Meninggal, Ini Pengakuan sang Istri
Hingga keluarga bak tersambar petir kehilangan anak yang menjadi harapan keluarga itu.
"Kami tidak hanya kehilangan Daru, tetapi kehilangan harapan-harapan yang sudah disampaikan kepada ayah Daru dengan cita-citanya dan prestasinya itu. Itulah yang kemudian kami betul-betul terpuruk," ujar Subaryono.
Selain terpuruk, mantan dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menuturkan alasan pihak keluarga baru muncul ke publik karena menyangkut kondisi kesehatan.
Ibunda Arya Daru ternyata didiagnosa penyakit kanker koloni dan berjuang untuk pengobatannya.
"Jadi ibunya Daru, Titi Sulatri tahun lalu didiagnosis terkena kanker koloni yang harus kemudian dilakukan operasi untuk mengambil jaringan yang merusak itu. Kemudian istri saya harus menggunakan colostomy bag," ucapnya.
Proses pengobatan lanjutan yang krusial untuk istrinya seharusnya rampung pada bulan ini.
Namun, kabar kematian Daru datang seperti badai kedua yang menghancurkan segalanya, memberikan pukulan bagi kondisi fisik dan mental sang istri.
"Tetapi kemudian bulan yang lalu ada kabar yang seperti itu kembali memukul istri saya. Sehingga kemudian pada waktu diagnose terpaksa proses lanjutan itu belum bisa dilakukan tapi harus menunggu 3 bulan untuk memastikan bahwa ibunya Daru atau istri saya siap untuk dioperasi. Jadi itulah tragedi atau apapun suatu kesedihan yang bertubi-tubi yang kami hadapi untuk itu," papar dia.
Polisi Simpulkan Arya Daru Bunuh Diri
Polda Metro Jaya telah menyampaikan bahwa kematian Arya tidak disertai dengan unsur tindak pidana.
Arya dinyatakan tewas karena mati lemas akibat kekurangan pasokan oksigen.
"Kondisi ini terlihat dari adanya pembengkakan pada paru dan pelebaran pembuluh darah pada tubuh korban," kata dokter forensi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Yoga Tohjiwa, dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa, (29/7/2025).
Yoga pun mengungkapkan ketika seseorang kehilangan pasokan oksigen hanya dalam waktu 4-5 menit, dia dipastikan akan meninggal dunia.
Dia juga menjelaskan Arya dinyatakan meninggal dunia sekitar 2-8 jam sebelum pemeriksaan luar dilakukan.
Adapun pemeriksaan tersebut dilakukan pada 8 Juli 2025 pukul 13.55 WIB.
Arya Daru Pangayunan disebut mengidap penyakit mental sebelum ditemukan tewas.
Melansir dari Tribunnews.com, Rabu, (30/7/2025), Ahli Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Nathanael E. J. Sumampouw mengungkap kondisi Arya Daru Pangayunan mengalami dinamika psikologis yang kompleks salah satunya kelelahan mental atau burnout.