TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA -- Hujan deras disertai angin kencang yang melanda Desa Sridadi, Kecamatan Buay Madang, Kabupaten OKU Timur, pada Rabu malam (20/8/2025) meninggalkan duka mendalam bagi warga.
Angin puting beliung yang datang tiba-tiba selepas salat Magrib itu merusak puluhan rumah, fasilitas umum, hingga areal persawahan.
Tidak ada korban jiwa, namun rasa panik dan trauma masih menyelimuti warga.
Beberapa keluarga bahkan terpaksa mengungsi ke rumah sanak saudaranya lantaran tempat tinggal mereka hancur diterjang angin.
“Malam itu suasananya mencekam. Hujan deras, mati lampu, warga banyak yang tidak berani keluar rumah karena ketakutan. Baru pagi hari kami bisa memastikan jumlah kerusakan,” ungkap Kepala Desa Sridadi, Dedi Kurniawan, saat dikonfirmasi, Jumat (22/8/2025).
Berdasarkan pendataan terbaru, sebanyak 7 rumah mengalami rusak parah, 22 rumah rusak ringan, 9 pohon tumbang, sebuah mushola rusak, tribun lapangan bola roboh, serta 8 tenda perlombaan Agustusan hancur. Tidak hanya itu, sekitar 50 hektar tanaman padi milik warga juga roboh diterjang angin.
“Yang rusak ringan itu rata-rata genteng beterbangan, asbes pecah, atau kanopi patah. Tapi untuk rumah rusak parah, sebagian besar sudah tidak bisa ditinggali lagi,” jelas Dedi.
Malam kejadian, warga hanya bisa berdiam di dalam rumah karena ketakutan. Situasi semakin sulit karena listrik padam.
Beberapa keluarga baru berani keluar setelah hujan reda, sementara sebagian lainnya memilih tetap bertahan karena trauma.
“Malam kejadian itu masih belum ada bantuan sama sekali. Pagi harinya, kami bersama perangkat desa dan warga bergotong royong membersihkan puing-puing, menebang pohon tumbang, dan membantu rumah yang rusak,” lanjut Dedi.
Siang harinya, rombongan dari pihak kecamatan dan BPBD sempat meninjau lokasi. Namun menurut warga, kehadiran tersebut belum dibarengi dengan bantuan darurat yang berarti.
“Yang datang hanya mengecek saja, tidak membawa alat atau bantuan. Warga masih mengandalkan swadaya. Padahal banyak yang rumahnya roboh, kasurnya basah karena hujan, dan harus menunggu uluran tangan pihak terkait,” keluh Dedi.
Sejumlah warga kini membutuhkan bantuan mendesak, mulai dari bahan makanan, alas tidur, hingga material bangunan untuk memperbaiki rumah mereka.
“Warga kami sebagian besar tidak mampu. Jadi kalau hanya mengandalkan gotong royong, itu tidak cukup. Kami berharap pemerintah kabupaten maupun provinsi segera turun tangan,” tegasnya.
Meski tidak ada korban jiwa, bencana ini menyisakan luka psikologis bagi warga. Sejumlah orang tua lanjut usia dan anak-anak masih mengalami trauma berat.