PPG

Jawaban Refleksi: Perlukah Guru Menguasai Pembelajaran Sosial Emosional? Modul 2 PSE

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PPG 2025 - Jawaban cerita reflektif Modul 2 PSE: Perlukah Guru Menguasai Pembelajaran Sosial Emosional?

TRIBUNSUMSEL.COM- Perlukah guru menguasai pembelajaran sosial emosional?

Pertanyaan di atas adalah soal cerita reflektif modul 2 Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) yang harus dikerjakan Bapak/Ibu guru peserta program PPG Guru Tertentu Dalam Jabatan 2025.

Berikut soal lengkap beserta jawabannya.

"Dalam lingkungan sekolah, perlukah guru menguasai pembelajaran sosial emosional?"

JAWABAN 

Menurut saya, pengusahaan pembelajaran sosial emosional oleh guru bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan esensial untuk menciptakan lingkungan sekolah yang positif, mendukung perkembangan holistik peserta didik, dan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. 

JAWABAN 2

Ya, sangat perlu. Dalam lingkungan sekolah, seorang guru wajib menguasai Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) sebagai fondasi utama untuk mendidik generasi berkarakter dan cerdas.

Peran guru telah berkembang jauh melampaui sekadar penyampai materi pelajaran.

Guru adalah arsitek lingkungan belajar dan pendidik karakter yang memiliki tugas fundamental untuk membentuk manusia seutuhnya.

Oleh karena itu, penguasaan PSE menjadi sebuah kewajiban profesional yang mendasar, menjadi inti dari efektivitas seorang pendidik di era modern.

Alasan utamanya adalah karena guru yang menguasai PSE mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan aman secara psikologis.

Ruang kelas yang dikelolanya menjadi sebuah ekosistem di mana setiap murid merasa diterima, dihargai, dan tidak takut untuk berproses.

Atmosfer seperti ini merupakan prasyarat agar murid dapat fokus, berani berekspresi, dan menyerap pembelajaran akademis secara optimal.

Tanpa rasa aman emosional, potensi kognitif murid akan sulit berkembang sepenuhnya.

Pemahaman terhadap PSE membekali guru dengan kemampuan untuk menginterpretasi perilaku murid secara lebih bijaksana.

Setiap tindakan murid, terutama yang dianggap menantang, dipandang sebagai bentuk komunikasi atas kebutuhan emosional yang belum terpenuhi, bukan sebagai label "nakal".

Halaman
12

Berita Terkini