TRIBUNSUMSEL.COM, PALI -- Di tengah masih stabilnya harga jual karet di kalangan petani di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI),nasib para petani justru kian terhimpit.
Produksi getah karet terus menurun akibat cuaca ekstrem, sementara para petani kesulitan membeli pupuk untuk perawatan kebun karena harga pupuk nonsubsidi yang tinggi dan pupuk subsidi yang tak kunjung mereka dapatkan.
Berdasarkan pantauan di Desa Bumiayu, Kecamatan Tanah Abang, harga mingguan karet bertahan di Rp 10.000/ kg selama dua bulan terakhir, setelah sebelumnya sempat menyentuh Rp 12.000/kg.
Untuk harga harian, bahkan bisa lebih rendah lagi tergantung kadar kering karet (K3), yakni di kisaran Rp 8.500 hingga Rp 9.000/kg.
Namun di balik harga yang tampak stabil itu, kenyataan di lapangan justru berkata lain.
Para petani mengeluhkan turunnya produksi sadapan secara signifikan. Salah satunya dirasakan Jimmy, petani karet asal Desa Bumiayu.
“Sekarang dalam seminggu cuma dapat Rp 700 ribu sampai Rp 750 ribu. Padahal dulu bisa sampai Rp 1,3 juta. Produksi getah sangat turun karena daun karet banyak rontok,” ujar Jimmy, petani karet asal Desa Bumiayu, Sabtu (2/8/2025).
Baca juga: Harga TBS Sawit Awal Agustus 2025, di Kabupaten OKU Sumsel Naik Tipis Rp 110 per Kg
Menurutnya, turunnya produksi disebabkan cuaca ekstrem yang membuat pohon karet menggugurkan daun lebih cepat dari biasanya.
Tanpa daun yang sehat dan cukup, proses produksi getah terganggu, dan hasil sadapan otomatis menurun.
Masalah bertambah rumit karena petani tidak mampu membeli pupuk nonsubsidi yang harganya terus melonjak.
Sementara pupuk subsidi yang diharapkan bisa meringankan beban petani, belum pernah mereka dapatkan.
“Sampai sekarang belum ada bantuan pupuk subsidi. Mau beli yang nonsubsidi, harganya mahal, enggak sanggup,” keluh Jimmy.
Ia berharap pemerintah, baik pusat maupun daerah, segera turun tangan dan memberikan solusi nyata.
Selain memberikan bantuan distribusi pupuk subsidi, mereka juga membutuhkan bimbingan teknis agar tetap bisa mempertahankan produktivitas meski dalam kondisi cuaca tak menentu.
“Kalau ada pupuk, pohon karet bisa dilakukan perawatan. Kalau kebun rusak, butuh waktu tahunan untuk pulih. Kami tidak bisa tunggu terlalu lama,” ujar Jimmy.