Ia menganggap kebijakan tersebut tidak selektif dan cenderung menyasar nasabah yang tidak berkaitan dengan tindak pidana.
“Aslinya PPATK kan mau membrantas kejahatan yang berkaitan dengan dana masuk keluar melalui bank, seperti judol dan pencucian uang. Seharusnya mereka pintar untuk memblokir yang tepat, bukan sembarangan blokir,” ujar Ahmad.
Ia juga menyoroti banyaknya keluhan serupa dari masyarakat di media sosial resmi PPATK.
“Kalau baca keluhan orang-orang yang komen di IG PPATK, sangat miris sekali membacanya, banyak yang salah sasaran. Contohnya ada yang komen ortunya sakit, untuk uang berobat tidak ada karena rekeningnya diblokir PPATK, akhirnya ortunya meninggal kan kasihan sekali,” ucapnya.
Senada dengan Ahmad, Reza Nugraha (25), seorang pekerja lepas asal Depok, juga mempertanyakan logika di balik kebijakan tersebut.
Ia menyebut, kebijakan pemblokiran ini merupakan aturan yang ketinggalan zaman.
“Ini kebijakan yang ketinggalan zamanlah. Kalau alasannya mau cegah rekening bodong, ya jangan semua disikat,” kata Reza.
Menurut Reza, tidak semua orang hidup dengan pola transaksi teratur seperti pegawai kantoran.
Ia berpendapat, banyak yang hanya menggunakan rekening untuk kebutuhan tertentu atau menyimpannya sebagai dana cadangan.
“Jatuhnya kayak negara maksa semua orang hidup dengan pola keuangan orang kantoran. Padahal kenyataannya enggak semua bisa begitu,” ujar Reza.
Reza berharap agar pemerintah, khususnya PPATK, melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk menyaring berdasarkan data yang lebih presisi dan tidak menggunakan pendekatan ‘sapu jagat’.
“Kalau niatnya bagus, ya pelaksanaan juga harus tepat. Jangan malah bikin rakyat tambah susah dan merasa dicurigai terus,” ujar Reza.
Selain itu, Mardiyah (48), pedagang kecil asal Citayam juga terdampak.
Ia kaget saat mengetahui salah satu rekening miliknya telah diblokir saat hendak menggunakannya kembali.
“Saya punya dua rekening, satu buat usaha, satu lagi yang dulu dipakai menerima bantuan. Sekarang katanya diblokir karena enggak aktif tiga bulan. Saya juga kaget, padahal itu rekening masih saya anggap penting,” ujar Mardiyah.