Rumah bedeng tersebut terlihat lebih sederhana, namun dilengkapi dengan kandang yang berisi burung perkutut.
Tepat berada di sebelahnya, terdapat jemuran handuk merah dan sajadah hijau.
Karena tidak bertemu dengan sang penghuni rumah bedeng, Tribun Jateng mencoba menggali informasi dari warga sekitar.
Saat ditemui, pria yang akrab disapa Kroto mengatakan, warga sekitar lebih mengenalnya sebagai sosok Pak Kafid.
"Orang sini manggilnya Pak Kafid. Tapi saya baru tahu kalau dia dulunya seorang dokter."
"Warga sini tahunya ya cuma orang pelarian saja," ucap Kroto yang bertugas sebagai penjaga Bendung Sungai Kalijajar Demak.
Baca juga: Kisah Pilu Abah Bidin, Kakek 80 Tahun di Sukabumi Merangkak Keliling Jual Ayam, Hidup Sebatang Kara
Kroto mengatakan bahwa Kafid sudah tinggal di bawah kolong jembatan sejak tujuh tahun silam.
Ia mengaku ada beberapa orang yang mendatanginya untuk berobat.
"Sesekali ada yang mencari Pak Kafid buat berobat. Tapi saya tidak tahu berobat untuk penyakit apa."
"Sudah lama dia tinggal di situ sejak tujuh tahun lalu. Orangnya bisa diajak komunikasi, bukan orang stres (ODGJ)," tambahnya.
Menurut Kroto, aktivitas sehari-hari Hafid sehari-hari hanya berdiam di bedeng miliknya.
Sesekali, Hafid menumpang mengisi daya ponsel di warung yang tak jauh dari Bendung Sungai Kalijajar.
"Siang gini biasanya ya di rumah itu. Kalau malam numpang ngecharge di warung situ. Dia punya HP (ponsel). Bahkan punya dua setahu saya," ujar Kroto.
Kroto sempat membantu Tribun Jateng untuk kembali mendatangi rumah Hafid yang ada di kolong jembatan, namun hasilnya tetap saja nihil.
"Biasanya dia santai-santai di depan rumah ini. Tapi ini kok kebetulan pas tidak ada. Mungkin lagi pergi," ucapnya.