"Di X dan Threads sudah ada yang nyebar isu bahwa penyebabnya fetish tertentu. No, jangan ngawur!"
Menurut kakak kelas Daru itu, pelakunya terbilang profesional sehingga bisa meninggalkan TKP dengan kondisi rapi dan bersih.
"Kondisi TKP terlalu rapi dan bersih untuk dikatakan kriminalitas biasa atau bundir. Siapapun yang melakukannya pasti profesional."
"Tolong diperhatikan saja bahwa riwayat kerja terakhirnya di Direktorat Perlindungan WNI yang banyak mengurus korban trafficking. Antara 'dia tahu sesuatu' atau 'dia bisa menghambat sesuatu'," tulisnya.
Kemungkinan besar kasus pembunuhan
Kriminolog, Haniva Hasna, melihat kematian alumnus Universitas UGM jurusan Hubungan Internasional tahun 2005 itu condong ke arah pembunuhan.
"Sangat memungkinkan bahwa ini adalah kasus pembunuhan, karena kita kan perlu melihat ya seberapa ketat dia melilitkan lakban ini, diawali dari mana dulu apakah dari kening apakah dari leher apakah dari dagu," katanya seperti dikutip dari Metro TV News pada Kamis (10/7/2025).
Menurut Haniva, penggunaan lakban sangat jarang sekali digunakan untuk kasus-kasus bunuh diri.
Sebab, kata dia, korban akan menggunakan cara sangat cepat untuk mengakhiri hidupnya.
"Sementara kalau lakban dia harus menggunakan peralatan yang lebih lama dia kehilangan nyawanya dan membutuhkan keterampilan khusus," ujarnya.
Haniva melihat ada dua kemungkinan dari penggunaan lakban di mulut terhadap korban.
Kemungkinan pertama adalah upaya untuk membungkam agar korban tidak boleh berteriak sementara yang kedua kondisi di mana korban sudah terbunuh tetapi ada orang lain yang pura-pura merekayasa pembunuhan ini seolah-olah menjadi korban bunuh diri.
"Berarti, kasus ini menjadi kasus yang sangat-sangat kompleks karena sudah dipersiapkan dengan rapi oleh pelaku," katanya.
Kematian tak wajar
Universitas Gadjah Mada turut menanggapi kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan (39), yang tewas di indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.