Berita Viral

Kepala Sekolah di Bengkulu diduga Potong Dana PIP Rp100 Ribu, Guru Honorer Curhat Gaji Tak Dibayar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PETISI GURU DI BENGKULU- (KANAN) Kepala SMKN 2 Rejang Lebong, Bengkulu, Agustinus Dani, (KIRI) Sejumlah guru di SMKN 2 Rejang Lebong, Bengkulu, mengeluhkan sikap kepala sekolah yang otoriter dan tidak transparan, tunggak gaji sejak setahun lalu

TRIBUNSUMSEL.COM -  Sejumlah guru di SMKN 2 Rejang Lebong, Bengkulu, mengeluhkan sikap kepala sekolah yang dinilai otoriter dan tidak transparan, termasuk dalam hal pembayaran gaji yang tak kunjung diterima.

Sebanyak 37 guru dari berbagai status, mulai dari ASN, PPPK, hingga honorer, kompak menandatangani sebuah petisi yang ditujukan langsung kepada Gubernur Bengkulu.

Para guru mendesak agar kepala SMKN 2 Rejang Lebong, Bengkulu mundur dari jabatannya.

Baca juga: Penderitaan Guru Sekolah Elite di Bekasi Resign Massal, Diperlakukan Bak ART hingga Gaji Dipotong

PETISI GURU DI BENGKULU- Sejumlah guru di SMKN 2 Rejang Lebong berkumpul menandatangi petisi agar kepala sekolahnya mundur atau diganti. Petisi ini merupakan bentuk protes terhadap kebijakan kepala sekolah yang dinilai bermasalah.

Pasalnya, Kepsek Agustinus Dani diduga memotong dana Program Indonesia Pintar (PIP) untuk siswa, sebesar Rp100 ribu dan nunggak membayar gaji honorer.

“Banyak kebijakan yang merugikan. Anak-anak penerima PIP, dananya dipotong Rp100 ribu. Hampir semua kena. Janji pengembalian uang baju praktik juga nggak jelas, malah katanya diputihkan,” kata alah satu guru, Alexander Leo Permadi, secara terbuka, Rabu, (18/6/2025).

Adapun, petisi yang dibuat para guru sejak  17 April 2025.

Di dalamnya, mereka menyatakan penolakan terhadap kepemimpinan kepala sekolah yang dianggap arogan dan semena-mena dalam mengambil kebijakan. 

Gaji Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT) disebut belum dibayarkan selama berbulan-bulan.

Bahkan, jika ada ASN atau guru yang tidak mengikuti perintah kepala sekolah, mereka mendapat tekanan.

"Urusan sertifikasi pun dipersulitnya setelah itu,” lanjutnya.

Alexander menegaskan bahwa mereka tidak berniat melawan atasan. 

Baca juga: 6 Fakta Sekolah Elite di Bekasi Diduga Bodong, Guru Kompak Resign Diperlakukan Bak ART, Nunggak Gaji

Ia bersama rekan-rekannya hanya ingin menyuarakan keresahan yang selama ini dipendam.

“Kami tidak sedang memberontak, tapi saat rekan-rekan dizalimi kami tidak bisa diam. Ini soal keadilan,” tegasnya.

Alex, mengatakan bahwa langkah ini diambil karena tidak ada lagi ruang komunikasi yang sehat antara guru dan pimpinan sekolah.

"Kami sudah cukup lama menahan kondisi ini, tapi tidak ada perubahan. Maka dari itu, kami sepakat membuat petisi agar Kepala Sekolah mundur," ungkap Alex saat dikonfirmasi.

Halaman
1234

Berita Terkini