TRIBUNSUMSEL.COM -- Ibadah kurban memiliki sejarah yang panjang dan terkait erat dengan kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam dan putranya, Nabi Ismail Alaihissalam, yang terus dilestarikan oleh Nabi Muhammad SAW hingga oleh para umatnya sampai sekarang.
Inilah cerita singkat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, awal mula perintah berkurban
Awal Mula Perintah Qurban
Kisah awal mula perintah kurban erdapat dalam Surat As Saffat ayat 101-110
Nabi Ibrahim, seorang nabi yang diutus Allah untuk menyebarkan agama tauhid di tengah masyarakat yang menyembah berhala.
Nabi Ibrahim dikaruniai seorang putra setelah sekian lama menanti. Putra tersebut yang diberi nama Ismail, lahir dari istri kedua Nabi Ibrahim yaitu Siti Hajar, seorang hamba sahaya perempuan yang diberikan istri pertama Ibrahim, Siti Sarah, karena tidak kunjung diberikan keturunan darinya.
Suatu malam, Nabi Ibrahim mendapat mimpi berulang kali di mana ia diperintahkan Allah untuk menyembelih Ismail sebagai bentuk kurban.
Mimpi tersebut membuat Nabi Ibrahim dilanda kebingungan dan keraguan. Bagaimana mungkin ia harus mengorbankan putranya yang sangat ia cintai?
Tunduk Patuh Taat dan Ikhlas
Nabi Ibrahim bimbang antara keraguan dan ketaatannya kepada Allah. Ia menceritakan mimpinya kepada Ismail, dan putranya yang penuh keyakinan itu justru mendukung ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah.
Dengan hati yang teguh dan penuh keikhlasan, Nabi Ibrahim membawa Ismail ke sebuah lembah yang berada di Mina untuk melaksanakan perintah Allah.
Ismail yang telah siap untuk dikorbankan, dibaringkan di atas tanah, dan pisau tajam telah dipegang oleh Nabi Ibrahim.
Keajaiban muncul pada saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail, bekali-kali pisau tidak melukai leher Ismail.
Tepat saat Nabi Ibrahim hendak mengorban Ismail, Allah menurunkan wahyu untuk menghentikan tindakan tersebut dan sebagai gantinya, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih seekor domba jantan yang telah disediakan Allah di dekatnya.
Peristiwa kurban ini menjadi bukti nyata ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT, dan kesediaannya untuk mengorbankan apapun demi menjalankan perintah-Nya. Kisah ini juga menjadi simbol pengorbanan dan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah.
Hikmah di Balik Ibadah Kurban
Dikutip dari zakatsukses.org, Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam peristiwa Qurban mengajarkan banyak hikmah penting bagi umat Islam, di antaranya:
Ketaatan kepada Allah SWT:
Perintah untuk menyembelih Ismail merupakan ujian ketaatan bagi Nabi Ibrahim. Kesediaannya untuk mengikuti perintah Allah, meskipun sangat berat, menjadi contoh teladan bagi umat Islam untuk selalu taat kepada Allah dalam segala situasi.
Kesabaran dan Keikhlasan:
Dalam menghadapi ujian berat ini, Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa. Mereka yakin bahwa Allah SWT memiliki rencana terbaik bagi hamba-Nya.
Pengorbanan:
Peristiwa Qurban melambangkan pengorbanan yang dilakukan umat Islam dalam beribadah kepada Allah. Pengorbanan ini bukan hanya tentang harta benda, tetapi juga tentang waktu, tenaga, dan bahkan jiwa raga.
Kasih Sayang:
Meskipun Nabi Ibrahim sangat menyayangi Ismail, ia rela mengorbankannya demi mengikuti perintah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa kasih sayang kepada Allah harus selalu diutamakan di atas kasih sayang kepada makhluk lainnya.
Dalam Al-Quran, Allah Swt. memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya, sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan terbesar. Nabi Ismail pun bersedia untuk bersama ayahnya menjalankan perintah Allah.
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memberikan pelajaran berharga kepada kita. Bahwa apa pun yang Allah Swt. perintahkan tidak mungkin mencelakakan manusia. Kita pun dituntut untuk selalu istiqamah atau konsisten dalam taat dan patuh kepada Allah SWT.
Allah berfirman dalam Surah Al-Ahqaf ayat 13, yang artinya:
‘Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah Swt., kemudian mereka tetap istikamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita’.
Artinya, bahwa seseorang yang memiliki istikamah dalam hatinya akan selalu memiliki sikap berkelanjutan untuk mengabdi hanya kepada Allah.
Demikian, semoga bermafaat. (lis/berbagai sumber)
Baca juga: Dzikir Rasulullah Ketika Memasuki 10 Hari Pertama Dzulhijjah, Lailaha Illah Adadad Duhur dan Artinya
Baca juga: Allahumma Ma Amiltu Fi Hadhihis Sanati Mimma Tarda Wa Ta‘idu Alaihis Sawab Doa Awal Bulan Dzulhijjah
Baca juga: Hadits Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah, Hari yang Dicintai, Lengkap dengan Amalan-amalannya
Baca juga: Labbaik Allahumma Labbaik, Bacaan Talbiyah Haji dan Umroh, Aku Datang Memenuhi Panggilan-Mu Ya Allah