Nah akhlak atau kebiasaan ini dibagi menjadi dua yaitu akhlak /kebiasaan baik dan akhlak/kebiasaan buruk.
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat An Nahl ayat 78
Surat An-Nahl Ayat 78
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Arab-Latin:
Wallāhu akhrajakum mim buṭụni ummahātikum lā ta'lamụna syai`aw wa ja'ala lakumus-sam'a wal-abṣāra wal-af`idata la'allakum tasykurụn
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Dari QS. An-Nahl: 78 dijelaskan bahwa kebiasaan atau akhlak itu dapat terbentuk karena mendengar, melihat, kemudian disimpan dalam jiwa.
Bahwa pembentukan akhlak dimulai ketika seorang manusia berada di dalam kandungan.
Dikutip dari tulisan Aulia Rahma dengan judul "Bila Ilmu Tanpa Adab" di laman kompasiana.com,
Proses pembentukan akhlak sejak dini sederhananya adalah sebagai berikut:
1. Mendengar kemudian menyimpan
Pada fase ini, bayi yang baru lahir baiknya sering-sering didengarkan oleh ayat suci Al-Qur'an, seperti dari rekaman atau langsung dari mulut ibu yang membaca ayat suci Al-Qur'an, sehingga anak sudah terbiasa mendengarkan hal-hal yang baik.
2. Melihat kemudian menyimpan
Pada pertumbuhan bayi, setelah mendengar proses selanjutnya adalah melihat. Pada fase ini baiknya seorang ibu memperlihatkan sesuatu yang baik kepada anak. Misalnya melaksanakan sholat didekatnya, sehingga pada saat itu anak sudah mengenal gerakan sholat.
3. Menirukan
Pertumbuhan anak berikutnya adalah menirukan. Anak yang masih kecil dan belum memiliki dosa sehingga dapat dikatakan masih suci. Mereka lebih mudah untuk menirukan sesuatu yang baru saja dilihat. Misalnya menirukan suara yang didengar atau gerakan yang dilihat.