Speedboat Cagub Maluku Utara Terbakar

Tangis 3 Anak Benny Laos Saling Menguatkan Saat Pemakaman Ayah yang Tewas Gegara Speedboat Terbakar

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Isak tangis anak Benny Laos dan Sherly Tjoanda saat sang proses pemakaman sang ayah.

TRIBUNSUMSEL.COM - Pada Selasa (15/10/2024), jenazah Benny Laos dimakamkan di San Diego Hills, Jakarta. 

Tiga anak Benny Laos dan Sherly Tjoanda yang hendak melepas kepergian sang ayah terlihat menangis saat proses pemakaman.

Ketiga anak Benny Laos, yakni Edbert, Edelyn dan Edrick tampak saling menguatkan satu sama lain dilansir tayangan facebook Sherly Tjoanda, .

Baca juga: Kenapa Tuhan Ambil Papi Tangis Putri Benny Laos di Depan Jenazah Ayahnya, Janji Buat Bangga

Proses pemakaman Benny Laos diwarnai isak tangis dari tiga anaknya dan Sherly Tjoanda yang hendak melepas kepergian sang ayahdi San Diego Hills (facebook.com/sherly.tjoanda)

Edbert menggenggam erat tangan kedua adiknya yang terus menangis terseduh-seduh.

Sesekali Edbert mengusap kepala adik bungsunya itu saat tanah kubur digali.

Hingga akhirnya peti jenazah Benny diturunkan di liang lahat, Edbert tak mampu lagi menahan tangisnya.

Mereka akhirnya saling berpelukan dengan kerabat keluarga lainnya.

Edbert Janji Jaga Mami dan 2 Adiknya

Sebelumnya, pihak keluarga menunggu kepulangan Edbert Laos, yang sedang kuliah di Amerika Serikat sebelum Benny dimakamkan di San Diego Hills, Jakarta, pada Selasa (15/10/2024). 
 
Edbert Laos terisak tangis setelah melihat jenazah ayahnya terbujur kaku di dalam peti di Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Subroto Jakarta pada Senin (14/10/2024) malam.

Putra sulung Benny yang mengenakan baju putih itu tampak tertuduk sambil berusaha menahan tangis mengungkapkan isi hatinya.

Ia menarik nafas panjang sambil terus meletakan satu tangannya di atas kepala.

"Aku melihat betapa jauh lebih besar duniamu adalah duniaku, hal-hal yang kau lakukan dan aku ingin begitu banyak hal yang ingin kukatakan padamu tapi sulit mengatakannya bahwa aku sangat luar biasa bangga aku bisa memanggilmu ayahku," ungkapan pilu Edbert dengan bahasa Inggris terdengar sesak menahan tangis.

Baca juga: Tangis Anang Hermansyah di Samping Peti Benny Laos, Kenang 10 Tahun Bersahabat: Sedih Harus Melepas

Edbert meminta maaf kepada mendiang ayahnya karena masih memiliki ego yang tinggi untuk mengatakan banyak hal.

"Papi maafin Edbert jika banyak salah. I know relationships cannot always be perfect and I can understand you. There are many things I want to say to you but my ego won't let me tell you," kata Edbert.

Edbert berjanji akan menjaga ibu dan adik-adiknya selepas sang ayah tiada.

"Aku janji akan menjaga dan melindungi mami dan Edrick and Edylin," ucap Edbert kemudian ditenangkan oleh salah satu rekannya.

"Papi also proud of you Koko, kamu akan menggantikan papi menjadi kepala keluarga, i love you Koko," kata Sherly Tjoanda yang turut hadir masih terbaring di ranjang.

Selain itu, Benneisha alias Lyn putri kedua Benny juga menyampaikan ungkapan hatinya merasa kehilangan sang ayah.

"Papi cici belum merasa layak untuk bikin papi bangga, cece janji bakal bikin papi bangga, cece gak mau percaya gak ngerti kenapa Tuhan harus ambil papi," ungkap Benneisha Edelyn sambil menangis.
 
Sherly Tjoanda Ceritakan Kronologis

Pada kesempatan itu pula, istri mendiang Benny Laos, Sherly Tjoanda dalam kondisi berbaring di ranjang tidur pasien dengan tangan kanan yang masih diinfus menemui jenazah suaminya.

Masih mengenakan pakaian pasien dan penutup kepala medis warna hijau terang, Sherly datang ke rumah duka dengan menumpangi mobil ambulans TNI milik RSPAD.

Di sana Sherly memberi kata sambutan yang intinya mengucapkan terima kasih kepada kerabat atas dukungan moral yang amat berharga bagi keluarga.

Sherly sempat memperlihatkan kedua kakinya yang dibalut perban dari telapak kaki sampai lutut. 

"Mohon maaf suara saya bicaranya agak lambat karena ada pain killer," ucap Sherly yang terlihat menahan tangis seraya membuka kain penutup kedua kakinya.

Baca juga: Sherly Tjoanda Istri Benny Laos Ungkap Detik-detik Speedboat Terbakar, Bau BBM Menyengat

Baca juga: Isak Tangis Edbert Putra Benny Laos di Samping Peti Ayah Usai Terbang dari Amerika, Janji Jaga Mami

Didampingi tiga anaknya, Edberd, Edelin dan Edrick, Sherly bercerita selalu berpikir suaminya yang selama ini baik kepada orang lain akan punya umur panjang.

"Saya selalu berpikir pak Benny punya umur yang panjang, karena dia hatinya baik, selalu menolong orang, selalu berikan, bahkan orang yang tidak kenal sebisa mungkin dia membantu," kata sambil memegang peti jenazah. 

Ia kemudian membagikan cerita bagaimana kronologi peristiwa speedboat yang dinaiki dirinya bersama sang suami bisa meledak.

Perjalanan tersebut adalah rangkaian giat kampanye Benny Laos pada perhelatan Pilgub Malut 2024.

Mulanya Sherly membujuk sang suami agar membatalkan niat berkampanye di Taliabu. 
Alasannya karena Kabupaten Taliabu tidak memiliki cukup sumber daya dan fasilitas umum yang memadai, bahkan apoteknya pun tidak memiliki obat-obatan seperti panadol.

Usai membujuk kedua kalinya, almarhum Benny Laos setuju dengan Sherly pulang lebih cepat dari semula 4 hari menjadi hanya 2 hari di Taliabu.

Rombongan mampir untuk mengisi stok bahan pangan di Bobong, Kecamatan Taliabu Barat. 

Ketika bersandar, speedboat dengan nama lambung Bela 72 mengisi bahan bakar minyak. Almarhum Benny Laos dan Sherly sedang berada di atasnya. 

Saat di atas kapal, mulanya Sherly berada di area luar dan duduk di sisi almarhum Benny Laos. Lantaran lama menunggu ia memilih beristirahat sendiri di kamar dan sempat tertidur.

Ketika bangun Sherly mendapat informasi bahwa kapal sudah selesai mengisi BBM. Namun rasa janggal muncul ketika tercium bau BBM hingga masuk ke dalam kamar.

Baunya tidak seperti BBM biasa, ada bau yang menyengat hidung katanya. Saat ingin keluar, asistennya meminta Sherly tetap di dalam kamar karena bau bensin di bagian luar lebih menyengat.

Tak berselang lama dari itu, kapal tiba-tiba meledak. Sisi kamar terbuka imbas ledakan dan Sherly terpental ke depan kapal. 

"Biasanya BBM diisi kita di kapal juga baik-baik saja, nggak tahu kenapa kali ini kapalnya meledak," ucapnya.

Saat itu ia berusaha mau menyelam untuk mencari suaminya. 

Namun kakinya tidak bisa digerakkan karena luka bakar imbas ledakan. Dirinya kemudian ditarik naik ke daratan. 

Sherly dilarikan ke puskesmas terdekat, sementara suaminya dibawa ke rumah sakit. 

Sewaktu menghampiri suaminya yang sedang dirawat, denyut jantung Benny Laos masih ada. Seketika itu Sherly berdoa agar suaminya bisa selamat.

Tapi rumah sakit tempat Benny Laos dirawat tidak memiliki fasilitas darurat apapun. Alat bantu pernapasan hanya sebatas pompa manual, tanpa ada inkubator atau alat darurat kesehatan lainnya.

"Pak Benny masih punya nadi, tapi dia nggak bisa bernapas sendiri. Seandainya ada alat picu jantung mungkin semua akan berbeda," tutur Sherly.

"Saya berdoa nggak mungkin pak Benny selesai di sini nggak mungkin," lirih Sherly menahan tangis.

Sherly sempat punya harapan ketika dijanjikan ada helikopter yang akan menjemput. 

Tapi hari sudah gelap dan Taliabu tak punya landasan yang layak, sehingga kiriman helikopter baru bisa ke lokasi keesokan harinya.

Ia cemas lantaran sang suami hanya dibantu alat pompa sederhana. Sementara mereka harus menunggu sekitar 15 jam lagi untuk helikopter bisa menjemput.

Selama 3 jam berlalu, tubuh Benny Laos yang hanya dibantu alat pompa sederhana mulai mengeras dan wajah membiru. Dokter menyatakan tak bisa melakukan penanganan apapun karena minimnya alat kesehatan di rumah sakit tersebut.

"Di Taliabu mereka tidak punya apapun tidak ada apapun dan jalannya semua rusak," ujar Sherly.

Sebagai penutup, Sherly berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dirinya dan almarhum hingga bisa tiba kembali di Jakarta. 

Ia berterima kasih dan mengucapkan permintaan maaf kepada masyarakat Maluku Utara. Sherly berterima kasih atas sambutan masyarakat Maluku Utara yang antusias selama giat kampanye.

Sherly juga berterima kasih kepada para kerabat, termasuk Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang jadi partner bermain golf menemani almarhum, di mana almarhum juga pernah menjabat staf khusus KSP.

"Saya mewakili pak Benny Laos mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya telah menjadi bagian hidup pak Benny Laos," kata Sherly.

Selepas 50 menit, Sherly dipandu untuk kembali ke rumah sakit. Ketika melintasi halaman luar, Sherly kembali disemangati para kerabatnya. 

Lagi-lagi dia membalas dengan mengucap terima kasih seraya memberi gestur tangan hingga menuju mobil ambulans.

(*)

Baca juga berita lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Berita Terkini