"Aku janji akan menjaga dan melindungi mami dan Edrick and Edylin," ucap Edbert kemudian ditenangkan oleh salah satu rekannya.
"Papi also proud of you Koko, kamu akan menggantikan papi menjadi kepala keluarga, i love you Koko," kata Sherly Tjoanda yang turut hadir masih terbaring di ranjang.
Selain itu, Benneisha alias Lyn putri kedua Benny juga menyampaikan ungkapan hatinya merasa kehilangan sang ayah.
"Papi cici belum merasa layak untuk bikin papi bangga, cece janji bakal bikin papi bangga, cece gak mau percaya gak ngerti kenapa Tuhan harus ambil papi," ungkap Benneisha Edelyn sambil menangis.
Sherly Tjoanda Ceritakan Kronologis
Pada kesempatan itu pula, istri mendiang Benny Laos, Sherly Tjoanda dalam kondisi berbaring di ranjang tidur pasien dengan tangan kanan yang masih diinfus menemui jenazah suaminya.
Masih mengenakan pakaian pasien dan penutup kepala medis warna hijau terang, Sherly datang ke rumah duka dengan menumpangi mobil ambulans TNI milik RSPAD.
Di sana Sherly memberi kata sambutan yang intinya mengucapkan terima kasih kepada kerabat atas dukungan moral yang amat berharga bagi keluarga.
Sherly sempat memperlihatkan kedua kakinya yang dibalut perban dari telapak kaki sampai lutut.
"Mohon maaf suara saya bicaranya agak lambat karena ada pain killer," ucap Sherly yang terlihat menahan tangis seraya membuka kain penutup kedua kakinya.
Baca juga: Sherly Tjoanda Istri Benny Laos Ungkap Detik-detik Speedboat Terbakar, Bau BBM Menyengat
Baca juga: Isak Tangis Edbert Putra Benny Laos di Samping Peti Ayah Usai Terbang dari Amerika, Janji Jaga Mami
Didampingi tiga anaknya, Edberd, Edelin dan Edrick, Sherly bercerita selalu berpikir suaminya yang selama ini baik kepada orang lain akan punya umur panjang.
"Saya selalu berpikir pak Benny punya umur yang panjang, karena dia hatinya baik, selalu menolong orang, selalu berikan, bahkan orang yang tidak kenal sebisa mungkin dia membantu," kata sambil memegang peti jenazah.
Ia kemudian membagikan cerita bagaimana kronologi peristiwa speedboat yang dinaiki dirinya bersama sang suami bisa meledak.
Perjalanan tersebut adalah rangkaian giat kampanye Benny Laos pada perhelatan Pilgub Malut 2024.
Mulanya Sherly membujuk sang suami agar membatalkan niat berkampanye di Taliabu.
Alasannya karena Kabupaten Taliabu tidak memiliki cukup sumber daya dan fasilitas umum yang memadai, bahkan apoteknya pun tidak memiliki obat-obatan seperti panadol.
Usai membujuk kedua kalinya, almarhum Benny Laos setuju dengan Sherly pulang lebih cepat dari semula 4 hari menjadi hanya 2 hari di Taliabu.