Oleh: Dr. M. H. Thamrin
(Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sriwijaya)
TRIBUNSUMSEL.COM - Pilkada serentak 2024 saat ini telah memasuki tahapan kampanye, di mana salah satu kegiatan yang menjadi perhatian utama adalah debat kandidat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).
Debat kandidat dalam Pemilihan Kepala Daerah merupakan salah satu mekanisme krusial dalam proses demokrasi di Indonesia.
Debat ini tidak hanya memberikan ruang bagi para calon pemimpin daerah untuk memaparkan visi, misi, dan program serta pandangan mereka terhadap isu-isu penting, tetapi juga menjadi sarana untuk menguji kualitas kepemimpinan serta kemampuan kandidat dalam merespon tantangan yang mungkin mereka hadapi di masa depan.
Dalam konteks Pilkada serentak 2024, debat kandidat menjadi bagian penting dari kampanye, sebagaimana diwajibkan oleh Peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) No. 8 Tahun 2024, sekaligus memungkinkan pemilih menilai kemampuan kepemimpinan dan penguasaan isu.
Namun, seberapa pentingkah debat dalam membantu pemilih membuat keputusan yang lebih cerdas dan rasional?
Apakah debat ini sekadar formalitas atau benar-benar mampu meningkatkan kualitas demokrasi?
Tulisan ini akan mengkaji lebih jauh pentingnya debat kandidat dalam pilkada serentak ini serta implikasinya terhadap proses demokratisasi di Indonesia.
Seberapa Pentingkah Debat?
Secara umum, debat kandidat dianggap sebagai salah satu alat yang paling efektif bagi masyarakat untuk mengenal lebih jauh visi dan misi calon pemimpin daerah.
Seperti yang diungkapkan oleh McKinney dan Warner (2013), debat politik dapat berfungsi sebagai platform bagi pemilih untuk mendapatkan informasi langsung dari para kandidat, bukan hanya melalui retorika kampanye yang sudah disaring oleh media atau tim sukses.
Debat memberikan kesempatan bagi pemilih untuk menyaksikan bagaimana kandidat merespon isu-isu krusial yang dihadapi masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrstruktur.
Pemilih dapat menilai kompetensi, kejujuran, dan kemampuan kandidat dalam menghadapi pertanyaan serta tantangan yang disampaikan lawan politik atau moderator.
Dengan adanya debat, masyarakat diharapkan menjadi lebih terinformasi dan kritis dalam memilih pemimpin. Jason Brennan (2016) dalam bukunya Against Democracy, menyoroti bahwa demokrasi partisipatif sering kali mengandalkan pengetahuan pemilih, namun ia mengingatkan bahwa tidak semua pemilih menggunakan informasi secara rasional.
Debat kandidat, meskipun bukan solusi sempurna, adalah salah satu cara untuk mendorong pemilih agar lebih sadar akan program yang diusung oleh para kandidat, serta mengurangi keputusan yang hanya didasarkan pada popularitas atau sentimen politik semata.
Kritik terhadap Efektivitas Debat
Meski debat sering dianggap penting, banyak pula yang meragukan efektivitasnya dalam mempengaruhi preferensi pemilih.
Penilaian yang dilakukan oleh Benoit (2014) menemukan bahwa dalam banyak kasus, pemilih yang sudah memiliki afiliasi politik cenderung tidak mengubah pilihan mereka, meskipun setelah menonton debat.
Ini menunjukkan bahwa debat tidak selalu berhasil mengubah preferensi politik yang sudah terbentuk sebelumnya.
Pemilih sering kali mendukung kandidat favorit mereka terlepas dari performa kandidat tersebut dalam debat.
Selain itu, kritikan lain yang muncul adalah fokus debat yang terkadang lebih pada gaya komunikasi ketimbang substansi.
Iyengar et al. (2012) menyoroti bahwa debat politik modern sering kali lebih menekankan pada penampilan dan retorika, di mana kandidat yang fasih berbicara dan tampil percaya diri dapat memenangkan simpati pemilih, meskipun kebijakan yang mereka tawarkan kurang mendalam.
Hal ini menimbulkan risiko bahwa debat bisa beralih menjadi ajang adu retorika kosong, yang membuat kandidat yang kurang memiliki substansi tapi lebih pandai berbicara tampak lebih unggul.
Debat sebagai Mekanisme Transparansi dan Akuntabilitas
Namun terlepas dari kritik yang ada, debat kandidat tetap menjadi salah satu sarana yang penting dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam proses pemilu.
McKinney (2005) menegaskan bahwa debat politik dapat memperkuat kualitas kampanye dengan mendorong kandidat untuk bersaing berdasarkan gagasan dan program kerja, daripada sekadar mengandalkan kampanye negatif atau serangan personal.
Dalam konteks pilkada, di mana calon pemimpin sering kali memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan daerah yang sangat menentukan kesejahteraan masyarakat, penting bagi pemilih untuk melihat dan mendengar langsung bagaimana kandidat menjelaskan kebijakan mereka secara komprehensif.
Debat juga berfungsi sebagai cara bagi public untuk memeriksa janji-janji politik kandidat.
Pemilih dapat mempertanyakan kepraktisan kebijakan yang dijanjikan serta melihat apakah kandidat memiliki wawasan yang mendalam mengenai isu-isu lokal.
Dalam hal ini, debat menjadi alat untuk memastikan bahwa kandidat memiliki rencana yang realistis, bukan sekadar janji manis yang sulit diwujudkan.
Implikasi terhadap Demokrasi
Debat kandidat pilkada tidak hanya penting bagi pemilih, tetapi juga memiliki implikasi yang lebih luas terhadap demokrasi itu sendiri. Menurut Norris (2015), debat kandiat dapat meningkatkan kualitas demokrasi dengan mendorong keterlibatan masyarakat secara lebih mendalam dalam proses pemilihan.
Ketika kandidat dipaksa untuk memaparkan program mereka di hadapan publik, ini menciptakan iklim kompetisi yang lebih sehat, di mana mereka harus bersaing dalam hal gagasan, bukan sekadar melalui mobilisasi kekuatan politik atau ekonomi.
Namun, Brennan (2016) mengingatkan bahwa meskipun debat dapat meningkatkan keterlibatan, efektivitasnya tetap bergantung pada kualitas pengetahuan dan pemahaman pemilih terhadap isu-isu yang dibahas.
Demokrasi yang berkualitas bukan hanya tentang frekuensi partisipasi, tetapi juga tentang partisipasi yang terinformasi.
Dengan kata lain, debat hanya akan bermakna jika pemilih dapat mencerna informasi dengan baik dan memilih berdasarkan pertimbangan rasional, bukan hanya sekadar emosi atau afiliasi politik.
Akhirnya, dapat kita simpulkan bahwa debat kandidat pilkada merupakan elemen penting dalam proses demokrasi, memberikan kesempatan bagi pemilih untuk menilai secara langsung kemampuan calon pemimpin.
Meskipun terdapat kritik mengenai efektivitasnya dalam mengubah preferensi pemilih, debat tetap berperan sebagai alat transparansi yang penting dalam memaparkan gagasan dan kebijakan kandidat.
Untuk memastikan bahwa debat benar-benar bermanfaat, penyelenggara dan media harus memastikan bahwa format debat mendorong diskusi yang mendalam dan substantif.
Pada akhirnya debat kandidat dapat memperkuat demokrasi di Indonesia jika mampu memberikan ruang bagi pemilih untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi dan rasional.