Disisi lain, keluarga MKA (13) santriyang tewas dilempar kayu yang ada pakunya oleh guru ngajinya berusaha ikhlas melepas kepergian korban.
Diketahui, MKA tinggal bersama nenek dan pamannya setelah kedua orangtuanya bercerai.
Sebagai seorang nenek, Suparti sebenarnya tidak terima dengan peristiwa yang dialami cucunya.
Namun, kini ia berusaha ikhlas.
"Sebenarnya keluarga tidak terima, tapi katanya cucu saya dilempar bukan dipukul (kayu). Saya akhirnya ikhlas menerima apa adanya. Sebenarnya sebagai orang tua tidak terima, tapi mau gimana ini sudah takdir," kata Suparti, dilansir dari Tribunjatim.com, dikutip pada Sabtu, (28/9/2024).
Suparti mengatakan banyak orang memberi saran agar keluarga menuntut ke pelaku atas kejadian yang menimpa cucunya.
"Tapi saya terima apa adanya. Karena (cucu saya) ditakdirkan begitu, saya terima apa adanya," ujar Suparti.
Berdasarkan cerita teman-temannya di pondok, kata Suparti, cucunya waktu itu sudah hendak pergi mandi.
Karena handuknya ketinggalan, korban kembali ke kamar untuk mengambil handuk.
"Kata teman-temannya, ustaz itu mau melempar (kayu) anak lain, tapi cucu saya pas lewat, akhirnya kena cucu saya," katanya.
Kayu yang dilempar ustaz ada pakunya dan menancap di bagian belakang kepala korban.
Begitu paku dicabut, korban langsung jatuh pingsan.
Sang nenek baru mendapatkan kabar jika cucunya sudah dalam kondisi koma di rumah sakit.
Baca juga: Viral Santri di Ponggok Blitar Meninggal Dunia Setelah Dilempar Guru Ngaji Pakai Kayu Berpaku
Keluarga mendapat kabar dari pihak pondok sekitar pukul 07.00 WIB.
"(Paku) dicabut, (korban) langsung pingsan, langsung jatuh. Sama ustaz dibawa ke rumah sakit. Saya jam 7 ditelepon katanya cucu saya di rumah sakit. Di sana (rumah sakit) cucu saya sudah koma," katanya.
Setelah dua hari koma, korban dinyatakan meninggal dunia.