Berita UMKM

Kisah Sukses Bhayangkari di OKU Timur, Bisnis Donat Kentang Hingga Beromzet Puluhan Juta per Bulan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lia Senda Rianty, Bhayangkari di OKU Timur saat menunjukkan bisnis donat kentang yang berhasil dirintisnya, Jumat (06//09/2024).

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Kisah inspiratif datang dari Lia Senda Rianty, ibu Bhayangkari di Kabupaten OKU Timur yang berhasil mengembangkan bisnis UMKM donat kentang. 

Berkat kegigihannnya melewati pasang surut dalam bisnis, kini dari usaha donat kentang Lia bisa meraih omset hingga Rp 60 juta perbulan. 

Lia Senda Rianty masih berusia 33 tahun. Ibu muda dengan dua putra. Dia juga Bhayangkari, istri dari Brigpol Asep E Karta Perwata, personil Polres OKU Timur.

Pagi menjelang siang, wartawan media ini berkesempatan mampir ke toko donat kentang miliknya. 

Saat pertama masuk aroma khas dari donat langsung tercium mengugah selera makan.

Aroma manis dari toping dari masing-masing donat kentang yang dibuat di tokonya.

Selain donat di toko Haya.co ini juga terdapat kuliner lain seperti jajan pasar hingga aneka minuman.

Tepatnya di Jalan Merdeka Cidawang, Kelurahan Pakusekunyit, Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan.

"Silakan Pak," sambutnya ramah, sambil mempersilakan duduk. 

Dari auranya, sosok Lia memang orang bisnis. Terlihat dari cara komunikasinya. Tidak bisa dipungkiri ia memang lulusan Akutansi dari Fakultas Ekonomi, Universitas Sriwijaya (Unsri). 

Bahkan saat ini Lia sedang ambil S2 di Magister Administrasi Bisnis (MAP) Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sambil melayani pelanggannya berbelanja, sesekali Lia menggungkap jatuh bangun dan pasang surut dalam membangun bisnisnya.

Ia memulai bisnis ini pada tahun 2019. Awalnya ia membuka bisnis pakaian muslimah dengan bran hayastaf.

"Karena bisnis pakaian muslimah mulai turun ditambah lagi Covid-19 datang. Lalu trend pakaian muslimah mulai turun. Nah lalu saya mulai terpikiran untuk memulai yang stabil seperti bisnis kuliner," katanya, Jumat (06/09/2024).

Selanjutnya, ia memulai belajar membuat donat dengan mencoba berbagai resep olahan.

Meski banyak yang tidak berhasil namun ia terus mencoba membuat donat dengan silih berganti resep dan adonan.

"Awal-awalnya itu hasil olahan donat buatan saya ini saya bagikan ke tetangga dahulu. Jadi tetangga saya mencicipi dan Alhamdulillah menurut tetangga saya rasanya enak. Lalu pada saat yasinan di rumah orangtua saya saya hidangkan donat, nah selepas yasinan banyak ibu-ibu yang memesan donat," ujarnya. 

Sampai akhirnya di bulan Juli tahun 2019 ia mulai membuka otlet dengan merk Haya.co.

Ia mengaku nekad membuka otlet dengan modal seadanya sekitar Rp 5.000.000.

"Saya buka usaha ini karena tren usaha yang mulai berubah apalagi waktu itu covid banyak orang yang WFH. Jadi masyarakat banyak berdiam diri di rumah dan makan di rumah sehingga saya nekad untuk memulai bisnis kuliner ini," ucapnya. 

Ia juga mengaku membuka usaha kuliner ini karena ia senang berbisnis bukan karena ia hobi memasak.

"Karena dari dulu fasion saya memang suka membuka bisnis," ujarnya. 

Untuk proses pembuatan donatnya ia bercerita bahwa ia memilih bahan baku yang bagus atau premium. 

"Jadi saya pilih bahan baku di kota bahkan terkadang saya harus inden terlebih dahulu untuk mendapatkan bahan- bahan," bebernya.

Dalam menjalankan bisnis kuliner ini omzet yang ia raih mengalami kenaikan dan penurunan. Untuk awal-awal ia membuka bot kecil dan kini ia sudah membuka otlet atau toko.

"Alhamdulillah omzet yang didapat ini pasang-surut namanya usaha ada naik turunnya jualan kadang rame kadang sepi," ucapnya. 

Selama menjalani bisnis ini ia juga sering mengalami beberapa kendala seperti sulit mendapatkan bahan baku. Serta terkendala dengan kapasitas produksi juga di SDM.

"Untuk karyawan juga ada kendala terkadang ada masalah," pungkasnya. 
 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkini