Berkat pelatihan itu, petani sekarang mulai paham cara merawat tanaman kopi hingga proses panen.
Petani yang tadinya asal petik aja, sekarang hanya memetik buah merah. Alhasil, harga jual kopi lima kali lipat lebih besar dibandinhkan harga kopi petik campuran tadi.
Perhatian PTBA di sektor hilir diwujudkan dengan membuat Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) di Tanjung Enim.
Kopi dari petani Semende mengalami proses roasting di tempat ini sebelum siap disajikan.
Pengembangan Kopi Semende ini tak terlepas dari visi PT Bukit Asam yang ingin menjadi perusahaan kelas dunia yang peduli lingkungan sangat fokus dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar perusahaan.
Bahkan setelah melewati berbagai proses, PTBA bekerjasama dengan Kedai Kopi Beskabean di Palembang, Sumatera Selatan, sebagai sarana penjualan hasil biji kopi dari petani binaannya.
Barista di Kedai Beskabean juga diberikan pelatihan secara khusus serta sertifikasi nasional untuk mengolah kopi hingga disajikan menjadi secangkir kopi yang sering kita nikmati.
Berkat program CSR PTBA, hasil produksi petani kini terus meningkat. Senyum petani semakin lebar seiring dengan naiknya harga jual kopi.
Ramtoni, petani kopi di Semende mengakui, banyak manfaat positif yang dirasakan dari program CSR PTBA.
Setelah dapat peningkatkan kemampuan serta pengetahuan cara merawat pohon kopi, Ramtoni merasakan sekali manisnya perubahan itu.
Keraguan takut gagal yang sempat menghampiri pria 43 tahun ini kini sirna.
Dengan mengganti jenis tanaman kopi dari robusta menjadi arabika dan menggunakan sistem petik merah, Ramtoni tak lagi mengenal istilah musim paceklik.
Baca juga: Jaga Ketahanan Energi, Bukit Asam-PTBA Optimalkan Produksi
Ramtoni dan keluarga saat ini sangat menikmati produksi dan harga yang naik dua kali lipat.
Dari tanaman ini, ia bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga hingga membiayai sekolah anak.
Menurut Mustafa, program CSR PT Bukit Asam Tbk juga dirasakan oleh petani kopi di daerah lain di Sumsel.