Kedua, hasil pileg 2024 di Musi Rawas. Dimana parpol yang memperoleh kursi signifikan seperti, Partai Golkar, PDI-P, Partai Gerindra, Partai Nasdem, PKS, dst. Mulai melakukan rekruitmen bakal paslon kada, baik dengan membuka pendaftaran (PDIP, PKB, PD) maupun melalui rekomendasi ke DPP (Golkar).
Impactnya terhadap dinamika politik adalah bahwa figur yang telah mendaftar ke parpol seperti : Dian Prasetyo (DP), H. Ristanto Wahyudi (HRW), maupun yang telah di rekomendasi seperti, Firdaus Ceolah, Hj. Ratna Machmud, Hj. Suwarti, dan lainnya, mulai melakukan konsolidasi, komunikasi politik antar figur, ke parpol maupun pada konstituen dengan memasang alat peraga (spanduk, baleho, poster) di ruang publik dan media sosial untuk meningkatkan popularitas dan elektabilitas.
Aktivitas bakal calon dalam konteks ini yang dalam beberapa bulan kedepan, akan 'memanaskan' dinamika politik Musi Rawas, dalam kaitan perahu parpol, kita akan melihat kompetisi antara Hj. Ratna Machmud dengan Firdaus Cik Olah di Golkar, Ddian Prasetio dengan Hj. Suwarti di Gerindra atau Azandri dengan HRW di PDI-P.
Kurniawan mengatakan, data hasil pileg 2024, menunjukkan tidak ada satu parpol pun yang berhak mencalonkan paslon karena tidak mencapai minimal 20 persen kursi DPRD (8 kursi).
Jika petahana, Hj Ratna Machmud menggunakan perahu Nasdem dengan 5 kursi, butuh 3 kursi tambahan untuk koalisi. Lalu FCO dengan 7 kursi Golkar butuh tambahan 1 kursi, Hj. Suwarti dengan 6 kursi Gerindra butuh tambahan 2 kursi koalisi serta HRW dengan 6 kursi PDIP butuh 2 kursi tambahan.
Di korelasikan dengan figur yang ada saar ini, maka maksimal bakal pasangan calon bupati/wakil bupati Musi Rawas adalah 4 Paslon. Sisa parpol yang tidak di sebut diatas, di prediksi akan bergabung dengan koalisi yang sudah ada.
Jika melihat indikator akses terhadap 'perahu parpol', popularitas, basis jaringan dukungan serta akses terhadap birokrasi. Maka 'kompetisi ketat' (el classico) akan tampak pada pertarungan figur Hj. Ratna Machmud, Hj. Suwarti dan FCO.
"Karena mereka sudah lama melakukan sosialisasi pada konstituen dan teruji dalam moment pemilu atau pilkada sebelumnya. Sehingga wajar jika memiliki digit elektabilitas yang lebih tinggi," ujar Kurniawan.
Namun, jika berbicara tentang figur 'kuda hitam', bisa jadi figur HRW dan Dian Prasetio akan menjadi kompetitor kuat. Tergantung bagaimana dalam sisa waktu 7 (tujuh) bulan kedepan, keduanya mampu meng-konversii potensi personal (popularitas, networking serta logistik) menjadi elektabilitas pada pemilih.
Meurut Kurniawan, Figur Ristanto Wahyudi, dengan backbone Heri Amalindo punya kans untuk bersaing, jika mampu memformulasi potensi dan strategi pemenangan yang tepat.
Aji Mumpung
Bakal majunya sejumlah nama berstatus suami- istri, dalam pemilihan Kepala daerah (Pilkada) di tingkat Kabupaten kota, di provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada 2024 dikarenakan faktor aji mumpung.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang Yulion Zalpa, munculnya kerabat atau keluarga dari tokoh politik/pejabat/petahana, merupakan fenomena yang sering dilihat saat pemilihan langsung khususnya Pilkada.
"Hal ini tentu saja disebabkan banyak faktor, akan tetapi yang paling menonjol adalah faktor aji mumpung," kata Yulin, Jumat (3/5).
Menurutnya, dengan modal sosial, politik dan ekonomi yang telah didapatkan oleh petahana membuat tokoh- tokoh ini percaya diri untuk ikut dalam kontestasi.
"Nah, kesempatan dan peluang mereka untuk terlibat dalam kontestasi lebih besar, dibanding tokoh- tokoh lain yang yang tidak mempunyai ikatan kekeluargaan, dengan petahana atau mantan kepala daerah," ujarnya.
Soal pilihan daerah, menurut Yulion, tokoh-tokoh ini punya kalkulasi politik dan dilatarbelakangi oleh konteks tertentu. Seperti misalnya, jejaring politik dan pertimbangan dinamika politik lokal.
"Yang pastinya, mereka akan memilih battleground yang memungkinkan untuk dimenangkan. Saya rasa tokoh-tokoh ini akan lebih cenderung mendompleng nama besar keluarga, untuk mendapatkan dukungan, dengan modal jejaring politik dan popularitas dari suami, kerja- kerja politik untuk memenangkan kontestasi akan lebih mudah, " tuturnya.