Akan tetapi agaknya kita patut mencari terus nuansa baru yang dapat memperkaya tafsiran yang sudah ada dan jika mungkin dapat mendekatkan tafsiran ayat Alquran secara lebih kontekstual pada kehidupan kita sehari-hari.
Terlalu luas jangkauannya jika kehidupan manusia hanya dipenggal dua yakni antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Sebenarnya terjemahan awal dari ayat tersebut di atas sudah cukup memberi arah, yakni dengan menekankan pada makna: bahwa yang akhir itu lebih baik daripada permulaan.
Yang Akhir Tergantung Awal
Mana yang dimaksud dengan akhir? Jawabannya sederhana.
Menurut Prof Dr Rusjdi yang dimaksud dengan akhir tergantung yang mana awalnya. Jika awalnya kehidupan dunia, yang akhir tentu kehidupan akhirat.
Tetapi banyak sekali awalan lain yang dapat kita ambil, sebanyak penggalan waktu atau periode yang hampir tak terbatas jumlahnya. Kita dapat membagi awal dan akhir itu pada berbagai periode kehidupan kita di dunia.
Lalu dengan bercermin pada ayat di atas, kita dapat mengatakan bahwa pada akhir satu periode tersebut kita harus lebih baik daripada awalnya.
Kalau periode yang diambil misalnya sepanjang usia kita, tentu saja kita berharap agar pada hari tua, yakni pada akhir usia kita nanti dapat lebih baik, lebih terhormat, lebih mulia, dan lebih segalanya daripada awalnya, yaitu waktu muda. Pada saat itulah kita dapat mengatakan: walal akhiratu khairun laka minal ula.
Kita mungkin saja tergelincir oleh godaan nafsu duniawi, tetapi dengan tidak mengulur waktu, secepatnya kita bertobat ke jalan yang benar, sehingga pada akhirnya kita tepat berada pada posisi yang benar.
Barangkali inilah makna yang lebih membumi dari ayat Alquran surat Adh-Dhuha tadi, “walal akhiratu khairun laka minal ula”.
Berikut Bacaan surat Ad Dhuha selengkap:
Surat Ad-Dhuha ayat 1-11: Arab, Latin, dan Arti
وَالضُّحٰىۙ
Latin: Waḍ-ḍuḥā