Hari Bumi

Hari Bumi 2024, Bagaimana Progres Penanganan Perubahan Iklim di Indonesia dan Dunia ?

Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Google Doodle memperingati Hari Bumi pada 22 April 2024. Bagaimana dengan penanganan perubahan iklim di indonesia, bahkan dunia ?

Langkah Indonesia dan Dunia

Dilansir dari djkn.kemenkeu.go.id, isu tentang perubahan iklim telah berkembang sejak dua dekade terakhir, semua orang di berbagai belahan bumi mulai membicarakan isu tersebut, bahkan muncul organisasi atau kelompok masyarakat yang serius mengkampanyekan agar kita peduli terhadap lingkungan yang mulai terasa tak ramah akibat dari dampak negatif perubahan iklim yang kian nyata.

Berdasarkan grafik tingkat karbon dioksida (CO2) di atmosfer selama 800.000 tahun, level CO2 di atmosfer mencapai puncaknya pada tahun 1950 dan terus meningkat hingga sekarang.

Perubahan iklim sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, sejak Revolusi Industri kita telah melepaskan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya dalam jumlah besar ke atmosfer.

Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batubara sebagai sumber energi utama, telah berkontribusi melepaskan karbon dioksida yang merupakan penyebab utama perubahan iklim.

Konsumsi produk yang berasal dari hewan juga menghasilkan gas rumah kaca lainnya seperti metana.

Produksi pangan menghasilkan emisi karbon dioksida, metana, dan gas rumah kaca lainnya melalui pembukaan lahan untuk pertanian, peternakan hewan, produksi dan penggunaan pupuk, dan penggunaan energi berbahan bakar fosil untuk menjalankan peralatan pertanian.

Semua gas tersebut terlepas ke udara dan ketika sinar matahari masuk ke atmosfer, sebagian panas terperangkap di atmosfer dan terjadi peningkatan suhu bumi, inilah yang dinamakan efek rumah kaca.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan saat ini suhu bumi sekitar 1,1°C lebih panas dibandingkan masa pra-industri (sekitar tahun 1800)4.

Para ilmuwan menyatakan bahwa suhu pemanasan global tidak boleh melebihi 2°C.

Jika kenaikan suhu bumi melebihi batas tersebut, diperkirakan akan terjadi perubahan iklim yang sangat dahsyat, kenaikan muka air laut, cuaca ekstrem, dan kerusakan ekosistem di seluruh permukaan bumi.

Berdasarkan Perjanjian Paris tahun 2015, 2°C ditetapkan sebagai batas atas suhu pemanasan global dan mengupayakan membatasi kenaikan hingga 1,5°C.

Batas kenaikan suhu 1,5°C menjadi target atau tujuan yang ingin dicapai karena dapat mengurangi risiko dampak buruk perubahan iklim5.

Permasalahannya sekarang level CO2 global terus meningkat, laporan PBB menyebutkan bahwa bahwa emisi gas rumah kaca (GRK) global meningkat sebesar 1,2 dari tahun 2021 hingga 2022 dan mencapai rekor baru sebesar 57,4 gigaton karbon dioksida ekuivalen (Gt CO2e).

Hal ini menyebabkan bumi berada pada jalur kenaikan suhu yang jauh melebihi target yang telah disepakati sebelumnya6.

Halaman
1234

Berita Terkini