Terlebih Indriana selalu menolak panggilan dan hanya merespon pesan chat WhatsApp, berbeda dengan kebiasaan korban yang semasa hidup tidak pernah mengabaikan panggilan orangtua.
"Kakaknya sempat curiga karena melihat isi chat WhatsApp bahasanya bukan bahasa Indriana. Tapi tetap ibunya positive thinking bahwa Indriana masih ada, lagi liburan," ujar Eko.
Kendati begitu, keluarga tak menyangka Indriana sudah meninggal lalu jasadnya dibuang dalam keadaan terbungkus selimut ke Kota Banjar, Jawa Barat untuk menghilangkan jejak oleh Didot, Devara, dan MR.
Baca juga: Kejam! Isak Tangis Kakak Indriana Adiknya Dibunuh Devara Putri Caleg DPR, Berharap Pelaku Dihukum
Nomor WhatsApp Indriana pun masih aktif usai mendapat kabar duka dari personel Ditreskrimum Polda Jawa Barat dan diminta datang ke RSUD Banjar untuk proses identifikasi jenazah.
"Saya enggak tahu sejauh mana komunikasi itu. Pokoknya sampai keluarga korban diminta datang ke RSUD Banjar itu masih merespon pesan WhatsApp. Polisi juga mengarahkan balas saja," tutur Eko.
Orangtua pun sangat terpukul mendapatkan kabar duka dari polisi.
Sebelumnya, Dirreskrimum Polda Jabar Kombes Surawan menerangkan Indriana Dewi Eka Saputri pamit pergi ke Puncak Bogor pada orang.
"Pamitnya ke Puncak sama pacarnya," kata Kombes Surawan.
Nyatanya setelah diajak ngopi oleh Didot Alfiansyah, Indriana diajak ke Bukit Pelangi.
"Dia berpura-pura ingin buang air kecil. Dari belakang dijerat pakai ikat pinggang oleh MR," kata Surawan.
Setelah tewas, jasad Indriana dibawa ke Jakarta selama satu malam.
"Kemudian ke Cirebon, lalu mogok di Kuningan," katanya.
Mobil yang dipakai Didot dan Reza lantas ditowing ke bengkel kawasan Banjar.
"Karena khawatir jenazah dibuang di dekat bengkel," kata Kombes Surawan.
Ia menekankan bahwa otak pelaku dari pembunuhan ini adalah Devara Putri Pranada sebagai syarat bila Didot ingin berpacaran dengannya.