Majikan di Jakarta Aniaya 5 ART

Nasib 5 ART di Jaktim Disiksa Majikan, Gaji Tak Dibayar, Pilih Kabur karena Tak Tahan Disiksa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nasib 5 ART di Jaktim Disiksa Majikan, Kabur Usai Dipaksa Kerja Tanpa Henti dan Tak Digaji

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Thalia Amanda Putri

TRIBUNSUMSEL.COM - Pilu nasib 5 Asisten rumah tangga (ART) di Jakarta Timur kabur dari rumah majikannya setelah menjadi korban penyiksaan.

Diketahui bahwa 5 ART itu kabur dari rumah majikannya setelah disiksa bahkan dipaksa kerja tanpa henti dan tak digaji.

Menurut saksi mata, Vina (39), para korban menyebut bahwa mereka dipaksa bekerja tiada henti dan melebihi waktu pada jam kerja umumnya.

Vina yang saat kejadian menolong para korban mengatakan, kelima ART itu mengaku dipaksa bekerja hingga dini hari di rumah majikan mereka setiap hari.

"Saya tanya sistem kerja seperti apa, kata dia (korban) kerja dari pagi kadang sampai jam 22.00 WIB, kadang sampai jam 02.00 WIB, bahkan sampai jam 04.00 WIB," kata Vina menjelaskan di Jakarta Timur, Senin (12/2/2024) dilansir dari Tribunnews.

Sosok majikan yang siksa lima asisten rumah tangga (ART) hingga alami luka di Jatinegara, Jakarta Timur terungkap. (TribunJakarta.com)

Bahkan, dikatakan bahwa korban mengaku tidak digaji.

Para korban juga tidak diperlakukan dengan baik.

Mereka mengaku kerap telat diberi makan oleh majikannya.

Selama bekerja, para korban juga menyebut belum pernah mendapat bayaran Rp 1,8 juta yang dijanjikan pihak penyalur kerja dan majikan.

"Saya tanya, katanya dijanjikan gaji Rp 1,8 juta. Tapi praktiknya sampai hari ini mereka belum pernah terima gaji. Ada yang sudah kerja dua bulan, satu bulan. Mereka dibawa penyalur," ujarnya.

Sampai pada akhirnya, para ART mencoba kabur dari rumah majikannya dan diketahui oleh tetangga.

Vina kemudian menyebut jika dirinya mendengar jeritan minta tolong dari para korban.

Vina menuturkan dua di antara korban yang dianiaya tersebut tercatat masih berusia 17 tahun atau secara hukum masih berstatus anak, kemudian satu orang berusia 23 tahun.

Namun, untuk dua korban lain yang terluka saat memanjat pagar Vina tidak mengetahui pasti karena langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.

"Mereka bilang mau kabur karena badannya ada yang sampai digosok, satu orang digosok. Minta izin keluar enggak bisa. Jadi intinya mereka minta tolong diselamatkan," kata Vina.

Baca juga: Detik-detik 5 ART Kabur Sering Disiksa Majikan, Panjat Pagar Berduri Menangis Minta Tolong Tetangga

Baca juga: Kejamnya Majikan Aniaya 5 ART di Jakarta Timur, Tubuh Disetrika, Dipaksa Pukuli Sendiri, Tak Digaji

Selain itu Vina menuturkan majikan di tempat kerja yang melakukan penganiayaan tersebut merupakan seorang perempuan.

Bahkan kelima korban mengaku sudah merencanakan untuk kabur dari rumah majikannya sejak lama.

Namun mereka baru mendapatkan kesempatan untuk kabur pada senin pagi.

Saat ditemukan, kelima ART tersbeut dalam kondisi sekujur tubuh mereka disebut banyak memiliki bekas luka.

Tidak hanya penganiayaan, selama bekerja kelima korban yang dipaksa bekerja hingga larut malam tidak mendapatkan upah sebesar Rp 1,8 juta yang dijanjikan dan telat diberi makan.

Kini para korban sudah dibawa ke Polres Metro Jakarta Timur dengan harapan agar mereka dapat mendapatkan perlindungan, serta agar kasus dugaan penganiayaan dilakukan dapat diusut.

"Sekira jam 04.00 WIB ketiga korban langsung saya bawa ke Polres Metro Jakarta Timur. Mereka menangis saat saya bawa ke Polres, tapi Alhamdulillah mereka selamat," kata Vina.

Detik-detik lima ART Kabur

Bukan tanpa sebab, kelima ART ini kabur lantaran diduga sering mendapatkan penganiayaan hingga bekerja tanpa digaji.

Mereka melarikan diri dengan cara memanjat pagar pasca menjadi korban penganiayaan majikannya, pada Senin (12/2/2024).

Terungkap penyebab lima asisten rumah tangga (ART) disiksa oleh majikan di Jatinegara, Jakarta Timur hingga alami luka-luka. (TribunJakarta.com)

Aksi kaburnya lima ART itu sempat disaksikan oleh tetangga majikan setelah mendengar jeritan minta tolong dari korban.

Vina mengatakan, penganiayaan tersebut diketahui saat kelima korban melarikan diri dari rumah tempat mereka bekerja pada (12/2/2024) sekitar pukul 02.30 WIB.

"Teman saya membangunkan saya, katanya di sebelah ada kejadian. Pas saya cek ada lima anak perempuan, ada yang masih di atas pagar, di genteng," ujarnya.

Vina berujar, kelima ART itu menangis dan ketakutan sedang berupaya kabur dengan cara memanjat keluar dari salah satu rumah.

"Ada yang masih di atas pagar, ada yang di genteng," kata Vina.

Baca juga: Sosok Majikan Siksa 5 ART di Jaktim, Seorang Wanita Diduga Punya Klinik

Mereka tampak memanjat pagar dengan tinggi kisaran dua meter dan dipasangi kawat berduri.

Saat ditanya mengenai kejadian yang terjadi, lima perempuan itu mengaku kabur dari rumah tersebut lantaran ada penyiksaan.

"Kata dia, 'Saya kerja, mau kabur. Di dalam ada penyiksaan' begitu," kata Vina.

Melihat hal itu, warga langsung bergegas menolong.

Namun karena pagar dan tembok rumah sang majikan itu dipasangi kawat berduri serta pecahan kaca, dua ART pun mengalami luka ketika memanjat.

Mereka lalu dibawa warga sekitar ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.

Masih merujuk keterangan korban, Vina mengatakan para PRT itu sempat berupaya menghubungi yayasan penyalur yang membawa mereka bekerja sebelum melarikan diri.

Tapi nomor penyalur yang bersangkutan tidak pernah dapat dihubungi.

Sementara kondisi rumah tempat korban bekerja, selalu dalam keadaan terkunci dan diawasi secara ketat menggunakan kamera pengawas.

Keberadaan anjing peliharaan majikan korban yang selalu menyalak ketika para korban hendak melarikan diri dari rumah, membuat korban tidak dapat berbuat banyak.

Sering Disiksa

Vina menutukan, kelima korban dalam keadaan ketakutan dan menangis saat berupaya kabur memanjat pagar dengan tinggi sekitar dua meter yang dipasangi kawat berduri.

Menurut keterangan korban, tindak penganiayaan berupa diseterika hingga mengalami luka bakar.

Bahkan ada yang dipaksa memukul kepala mereka sendiri bila dianggap majikan berbuat salah

"Satu anak itu di pinggangnya ada bekas setrika. Terus dia bilang, 'saya disuruh getok kepala saya sampai bunyi. Kalau enggak bunyi enggak boleh berhenti.' Begitu," kata Vina.

Vina menuturkan majikan di tempat kerja yang melakukan penganiayaan tersebut merupakan seorang perempuan.

"Kata dia (korban), 'kalau misalnya saya salah pas disuruh mencet air panas, enggak tahunya air dingin, saya dihukum.' Saya memang melihat di pinggang ada bekas (luka bakar) seterika," lanjut Vina.

Namun, Vina tidak mengetahui pasti secara detail bentuk penganiayaan dialami masing-masing korban.

Pasalnya, saat kejadian Vina bergegas membawa mereka ke Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Timur.

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

(*)

Baca juga berita lainnya di Google News

Berita Terkini