Sementara tempat tinggal mereka harus mencari sendiri karena tidak disediakan mes.
"Ruang dinas hanya berlaku bagi pimpinan saja, kami boleh menempati mes hanya dua pekan saja setelah itu harus keluar dan mencari tempat tinggal sendiri dengan biaya sendiri," ujar sumber tersebut.
Dia menyebut kebijakan itu cukup berat karena harus mengeluarkan biaya tambahan lagi mengingat biaya sewa di Baturaja juga tidak murah.
Apalagi jika membeli rumah lagi juga pasti harganya saat ini sudah naik.
Sementara jika mengajak keluarga juga sama saja biaya memindahkan anak sekolah di Baturaja, juga sama dengan biaya sekolah di Palembang.
"Kami mendukung kebijakan perusahaan tapi kami juga minta diperhatikan tempat tinggal atau mungkin angkutan jemputan pulang pergi ke Palembang atau bentuk lainnya, sehingga pengeluaran tidak habis terbagi untuk dua pengeluaran di Palembang dan Baturaja," ujarnya.
Dia menyebut sebanyak 300 pekerja akan pindah ke Baturaja hingga gelombang ketiga nantinya, karena rencana pengembangan perusahaan di Palembang ditolak dan lokasi perusahaan yang ada saat ini meminjam lahan milik BUMN lainnya dan lahan akan diambil alih lagi oleh pemilik lahan.
Sumber tersebut menyebut pemindahan kantor Palembang ke kota Baturaja adalah strategi manajemen untuk pengurangan karyawan karena karyawan yang ada saat ini over 160 orang karena sebelumnya proyek pembangunan pabrik Semen Baturaja di Jambi akan dibangun, tapi proyek itu batal.
Namun karyawan sudah terlanjur direkrut tahun 2017- 2018 lalu.
"Karyawan sengaja dibuat tidak nyaman agar mengundurkan diri dan kini sudah ada lima karyawati yang mengajukan resign imbas kebijakan ini," ujarnya.
Sementara itu Ketua Umum Serikat Pekerja Semen Baturaja Moehamad Ariansyah mengatakan saat ini dari serikat masih dalam pembahasan internal dan konfirmasi dengan management terkait sosialisasi tersebut.
"Kalau ada titik terang akan dikonfirmasi lebih lanjut," ujarnya. (tnf)
Baca berita lainnya langsung dari google news