Diketahui, kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia.
Kerusuhan itu terjadi di Ibu Kota Jakarta dan beberapa daerah lainnya, termasuk Solo.
Kala itu, banyak warga keturunan Tionghoa yang mengungsi dan memilih menutup usahanya.
Namun, Dokter Lo justru memaksa untuk membuka praktik meski nyawanya terancam.
Warga yang mengetahui hal itu berupaya melindungi dengan menjaga rumah sang dokter.
"Sangat dermawannya sehingga saat kerusuhan Mei rumah Dokter Lo malah dijaga warga sekitarnya, nggak ada yang berani ganggu," terang Sumartono.
Karier Dokter Lo
Dikutip dari Kompas.com, Dokter Lo memulai kariernya sebagai seorang dokter di Rumah Sakit (RS) dr Oen Kandang Sapi Solo.
Setelah itu, Dokter Lo pindah ke RS Kasih Ibu.
"Dengan adanya Dokter Lo terus berkontribusi nyata. Hampir semua pasien yang berobat digratiskan sama Dokter Lo," ujar Sumartono.
Di RS Kasih Ibu, Dokter Lo pernah menjabat sebagai direktur utama periode 1981-2004.
Setelah pensiun, Dokter Lo tetap melayani pasien di rumah sakit yang sama dan di rumahnya.
Ia pernah menerima penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) pada 2020 atas jasanya di bidang kesehatan berupa Mahakarya Kebudayaan.
Dokter Lo mendapat penghargaan Mahakarya Kebudayaan "Dokter yang Mengutamakan Kemanusiaan dengan Tidak Memungut Biaya Pelayanan Kesehatan dari Kaum Miskin."
(*)