Polisi juga memastikan kedua korban merupakan korban pembunuhan yang dilakukan Sarmo (35), warga Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri.
Kasat Reskrim Polres Wonogiri, Iptu Yahya Dhadiri mengatakan kerangka Sunaryo ditemukan dalam kondisi berantakan.
Sebab Sarmo membakar jasad korban yang sebelumnya sudah dikubur selama tiga bulan.
"Ini sebagian tulang iga bawah dan tulang telapak tangan. Sisanya dibawa ke labfor," jelas dia, Sabtu (9/12/2023).
Sunaryo dihabisi Sarmo dengan menggunakan potas yang dicampurkan dalam es teh yang diminum korban.
Alasannya, Sarmo tidak kuat dengan tekanan dari Sunaryo.
Keduanya memiliki urusan gadai mobil dimana Sarmo menggadaikan mobil Grandmax ke Sunaryo dengan nilai sebesar Rp 48 juta.
Namun saat sudah jatuh tempo, Sarmo mengaku belum bisa menebusnya.
Keterlambatan Sarmo sudah dua bulan, hingga akhirnya Sunaryo mengatai Sarmo kalau tidak bisa dipercaya, hal itu yang membuatnya emosi.
Setelah dibunuh, jasad Sunaryo dibawa ke tempat penggergajian kayu.
Disana, jasad Sunaryo dikubur dibawah dipan tempat tidurnya.
Polisi menyebut saat itu sudah memantau Sarmo.
Pelaku pembunuhan berantai yang diamankan Polres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023). (Tribunsolo.com/Erlangga Bima Sakti)
Bahkan Polisi juga mencari keberadaan Sunaryo menggunakan anjing pelacak di tempat penggergajian kayu milik Sarmo.
Anjing pelacak tak bisa menemukan korban karena diketahui Sarmo telah menyiram lokasi dengan solar.
Setelah itu, Sarmo sempat panik karena polisi sudah mendatangi lokasi itu.
Jasad Sunaryo kembali diangkat oleh Sarmo, lalu Sarmo membakarnya.
Kemudian sisa tulang dari jasad Sunaryo ditumbuk menggunakan potongan kayu jati.
Sementara itu, kerangka dari Agung Santosa tergolong masih utuh.
Menurut Iptu Yahya, jasad Agung ditemukan di sebuah bukit, dengan posisi meringkuk menghadap ke timur dan membujur ke utara.
"Dari kepala tangan kaki utuh. Dokter menerangkan mumifikasi alami tanah lembab di sana. Kulit dan daging masih sisa dikit," kata Yahya.
Sarmo, pembunuh berantai di Wonogiri (berbaju orange), dihadirkan saat jumpa pers yang dilangsungkan di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023). (TribunSolo.com / Erlangga Bima)
Adapun hubungan Sarmo dengan korban Agung merupakan rekanan kerja.
Sarmo dan korban Agung memiliki usaha bersama penggergajian kayu yang berada di Girimarto.
Alasannya sama, tidak kuat dengan tekanan dari Agung yang menurut pengakuan Sarmo, meminta uang hasil penggergajian kayu lebih, padahal kondisi penggergajian kayu sedang sepi.
Sarmo dianggap tidak bisa bertanggung jawab oleh Agung.
Bahkan disebut korupsi.
Korban Agung bahkan sempat berniat memindahkan usaha penggergajian kayu itu ke Klaten.
Baca berita lainnya di Google News