Yaitu orang yang memberi pertolongan dan juga minta tolong. Orang ini memiliki sikap timbal balik dan inshaf (keseimbangan). Ia laksanakan kewajibannya, ia juga mengambil apa yang menjadi haknya. Ia seperti orang yang berhutang ketika sangat butuh, dan menghutangi orang lain ketika sedang dalam kecukupan.
2. Orang yang tidak mau menolong dan juga tidak meminta tolong
Ia ibarat orang yang hidup sendirian dan terasing. Tidak mendapatkan kebaikan, tetapi juga tidak mendapatkan kejelekan orang. Dia tidak dicela karena tidak pernah mengganggu, tetapi tidak pernah mendapatkan kebaikan dan ucapan terima kasih karena tidak melakukan sesuatu untuk orang lain. Namun posisinya lebih dekat pada posisi tercela.
3. Orang yang maunya minta tolong tapi tidak mau menolong
i Ia adalah orang yang paling tercela, terhina, dan terendah. Ia sama sekali tidak punya semangat berbuat baik dan tidak punya perasaan khawatir mengganggu orang.
Tidak ada kebaikan yang diharapkan dari orang tipe ini. Maka cukuplah seseorang dianggap hina jika ketidakberadaannya membuat orang lain lega dan merdeka.
Ia tidak mendapatkan loyalitas dan ukhuwah. Di masyarakat, ia malah sering menjadi penyakit (‘biang kerok’) dan racun yang mengganggu.
4. Orang yang selalu menolong orang lain dan tidak meminta balasan
Istilahnya dalam bahasa Arab: Yû’in wa Lâ Yasta’în
Yaitu orang yang selalu menolong orang lain, namun dia tidak meminta balasan pertolongan mereka. Ini merupakan orang yang paling mulia dan berhak mendapatkan pujian.
Dia telah melakukan dua kebaikan dalam hal ini, yaitu memberi pertolongan dan menahan diri dari mengganggu orang. Tidak pernah merasa berat di dalam memberi bantuan dan tidak pernah mau berpangku tangan ketika ada orang lain butuh pertolongan.
Jadilah orang yang keempat, orang yang ringan tangan untuk menolong tanpa pamrih. Karena dia mengetahui bahwa, berbuat baik itu adalah untuk diri sendiri dan Allah yang akan membalas segala perbuatan baiknya.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra’ ayat 7 :
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.”
Kebaikan untuk orang lain akan mendatangkan kebaikan untuk diri sendiri. Sebaliknya, perbuatan buruk kepada orang lain juga akan mendatangkan keburukan bagi siapapun yang melakukannya.