“Katakanlah:
“Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.
Doa itu diabadikan dalam Surat Ali Imran ayat 26-27.
Sebelum Muadz berangkat ke Yaman pun, Nabi seolah tengah menguji kelayakan kepadanya dengan beberapa pertanyaan.
Mendengar jawaban mantap seperti itu dari Muadz, Nabi kemudian bersabda: “Alhamdulillahilladzi waffaqa rasula Rasulillahi lima yurdhi Rasulallah,”. Nabi berpesan juga kepada Muadz: “Innaka sata’ti qauman ahla kitaabin fa idza ji’tahum fad’uhum ila an yasyhaduu an laa ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah.
Yang artinya:
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Berhati-hatilah menyangkut doa orang yang teraniaya, karena tidak ada penghalang antara doanya dengan Allah,”.
Dr Aidh Abdullah Al Qarni dalam bukunya La Tahzan mengatakan tiap kalimat yang dipunyai oleh seseorang di antara mereka lebih baik daripada dunia dan segala isinya.
Abu Bakar radhiallahu Anhu pernah meminta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk mengajarinya sebuah doa.
“Robbi innii zholamtu nafsii zulman katsiiro, wa laa yaghfirudz dzunuuba illa anta, fagfir lii magfirotan min indika warhamni, innaka antal ghofuurur rohii.”
“Ya Allah sesungguhnya aku telah berbuat zalim kepada diriku sendiri dengan kezaliman yang banyak, dan tidak ada yang mengampuni dosa, kecuali Engkau maka ampunilah dosaku dengan pengampunan dari sisimu dan sayangilah aku.
“Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepadaMu keteguhan dalam melaksanakan agama, ketetapan di atas petunjuk, kemampuan untuk mensyukuri nikmat-Mu dan kebagusan dalam beribadah kepada-Mu.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan menyukai ampunan, maka ampunilah aku.”
Siapakah Mu'adz bin Jabal