"Sekarang bagaimana caranya agar mereka bisa memiliki rumah bisa dengan FLPP, BP2BT, dan lain-lain. Namun di masyarakat kalau dilihat sekarang rumah bukan jadi kebutuhan dasar lagi, karena mereka juga memikirkan kendaraan, handphone, dan lain-lain," ungkapnya
Untuk itulah ketika dicek didapati ada cicilan kendaraan, handphone, dan lain-lain. Akibatnya itu menjadi hambatan untuk bisa segera memiliki rumah.
Berdasarkan data 2022, total ada 58.428 rumah. Capaian tersebut ada yang dari pemerintah, pengembang, masyarakat, hingga CSR.
Seperti kolaborasi pembangunan rumah BPS Land yang direncanakan akan ada ribuan unit. Kemudian ada Rumah Komunitas di Prabumulih, Lubuklinggau, Banyuasin, dan lain-lain. Ada juga program bedah rumah.
Menurutnya Yudho, terbaru di 2023 bakal ada program rent to own (RTO) dan skema staircasing ownership yang menyasar generasi milenial. Dengan konsep menyewa hunian baik rumah tapak maupun apartemen selama tiga tahun. Kemudian baru disepakati untuk dibeli.
"Namun ini memang belum berjalan karena masih dalam proses, kita tunggu saja perkembangannya. Yang baru berjalan ada juga program rumah inti tumbuh tahan gempa (Ritta), ini baru dibangun di wilayah Prabumulih," katanya.
Ketua DPD AREBI Sumsel Endang Wasiati Wierono mengatakan, manusia perlu rumah sebagai tempat istirahat, berkumpul bersama keluarga, membesarkan anak, melindungi dari cuaca dan ancaman.
"Untuk penjualan rumah yang masih banyak diminati saat ini tentunya rumah subsidi. Lalu rumah menengah ke bawah dan ada juga menengah ke atas. Masing-masing orang kebutuhan dan kemampuan finansial nya berbeda-beda," kata Endang.
Namun sayangnya ketersediaan rumah subsidi ini masih kurang.
Buktinya, setiap ada open project perumahan subsidi, cepat sekali terjual.
Pemerintah perlu terus menyediakan hunian yang terjangkau untuk masyarakat.
Sedang untuk perumahan menengah, sementara masih cukup ketersediaannya. Penawaran dan permintaan masih seimbang.
"Untuk rumah subsidi karena permintaan tinggi, kendalanya relatif tidak ada. Sedang untuk rumah menengah, dan keatas kendalanya di persaingan," katanya.
Menurutnya, rumah menengah dan ke atas, karena persaingan yang relatif tinggi, maka setiap developer perlu menemukan cara yang efektif untuk bisa mendapatkan penjualan.
Untuk pangsa pasarnya sendiri menurut Endang, beragam ada yang memang sudah punya budget untuk beli rumah pertama, ada juga orang tua yang membelikan anaknya.