Asih selalu mengajak anak disabilitas yang ia rawat itu, saat cuti dan pulang ke Tanah Air.
"Tahun 2017 sekeluarga (ikut ke Indonesia), saya ajak jalan-jalan ke Ancol," ungkap Asih.
Asih pun mengaku bangga anak asuhnya itu kini sudah lulus S2.
"Iya (bangga) pasti ada. Kalau dia itu pas sekolah bener-bener (tekun) di banding orang yang sehat, dia itu yang paling pintar ko, nilainya aja gak pernah rendah semesteran. Tinggi terus, semua guru-gurunya itu selalu muji dia," tutur Asih.
Asih pun sebenarnya sudah sempat mau pulang ke Indonesia untuk membantu Siti merawat Siau Huang.
Sehingga Siti bisa bekerja lagi di Taiwan untuk mencukupi kebutuhan di Indonesia.
Namun niatan itu gagal lantaran belum ada pengasuh pengganti untuk anak majikannya.
"Majikan pun menahan, sampai memohon-mohon, katanya aku takutnya nggak ada yang sebaik kamu, takutnya nanti ngurus anak aku langsung kabur," kata Asih.
Selain itu, Asih pun tidak tega meninggalkan anak disabilitas itu.
"Titi (panggilan adik laki-laki) rela gak rela dia juga. Dia sering nangis kalau saya ngomong ngomong pulang," katanya.
Setiap bulannya, Asih selalu mengirim uang ke Siti untuk kebutuhan Siau Huang.
"Soalnya mana cukup usaha cuma jualan warung," kata dia.
Asih pun mengaku kini gajinya sudah cukup besar sehingga bisa mengirim ke Indonesia.
Gaji Asih di Taiwan pun cukup tinggi yakni hampir Rp 26 juta.
"Gaji pertama ya biasa umum, terus naik naik naik, Alhamdulillah sampai sekarang Rp 26 juta," ungkapnya.
(*)