Pembunuhan Siswa SMK di Palembang

Pembunuhan Siswa SMK Bina Jaya Palembang Terjadi di Kelas, Psikolog Tanggapi Motif

Penulis: Fransiska Kristela
Editor: Yohanes Tri Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolsek Kertapati, AKP Alfredo Hidayat menjelaskan Pembunuhan Siswa SMK Bina Jaya Palembang oleh teman sekelasnya, Rabu (08/02/2023).

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pembunuhan Eka, Siswa SMK Bina Jaya Palembang yang ditikam DM teman sekelas terjadi di Ruang Kelas,  Rabu (8/2/2023). 

DM, Pelaku Pembunuhan Siswa SMK Bina Jaya Palembang ditangkap polisi meski sempat mencoba melarikan diri pasca melakukan aksinya.

Dihadapan Polisi, DM menyampaikan motif pembunuhan teman sekelas di sekolahnya itu  karena korban sering memalak dan membully dirinya.

"Kurang lebih 3 bulan ini pelaku sering dibully dan dipalak oleh korban. Dari situ pelaku sakit hati dan akhirnya nekat melakukan hal tersebut, " kata Kapolsek Kertapati, AKP Alfredo Hidayat.

Alfredo juga mengungkapkan bahwa  kejadian tersebut terjadi di ruang kelas korban dan pelaku saat jam masuk sekolah saat siang hari.

"Kejadiannya di dalam kelas, pas siswa baru mau masuk kelas, " katanya. 

Psikolog Fitri Kurnia Susanty, S.Psi. menyampaikan sebuah emosi yang dipendam itu seperti air yang dimasukkan ke dalam botol dan sudah meluber.

Menanggapi peristiwa adanya penikaman yang terjadi di lingkungan sekolah, pelaku sudah menyimpan emosi dan sakit hati sehingga pelaku ingin membuat korban merasakan apa yang pelaku rasakan.

"Kalau baca di sini (berita) motifnya sakit hati, mungkin ada kata-kata  korban atau perilaku korban yang kurang menyenangkan dan membuat pelaku sangat tersinggung sehingga muncul rasa sakit hati atau dendam dan ingin agar korban merasakan apa yang pelaku rasakan. Sehingga dia tidak berpikir panjang tentang resiko dari perbuatannya," ujar psikolog Fitri Kurnia Susanty, S.Psi., saat dihubungi Rabu (08/02/2023).

Menurutnya hal semacam itu bisa muncul karena adanya emosi yang di pendam apalagi jika itu dibully.

"Orang yang dibully dia pasti akan memendam emosi akan memendam rasa amarahnya karena dia merasa tidak berdaya apalagi jika yang membulinya lebih dari satu orang," tambahnya.

Ketika seseorang dibully dan akan melawan dia pasti akan tau konsekuensinya yakni dia akan tambah sakit karena akan tambah dibully, sehingga dia hanya akan memendamnya dan lebih memilih untuk diam dan menerima.

"Saat peristiwa itu dilakukan secara terus menerus dan berulang, emosi yang dipendam itu sama dengan gunung es, Jadi kemarahan, kesedihan, emosi yang di pendam terus dan di tekan ke alam bawah sadar kita. Saat itu sudah lama mengendap akan sama seperti wadah yang tidak bisa menampung air, jadi meluap. Tambahnya.

"Kemarahan yang sudah tidak bisa dibendung bisa juga memunculkan tindakan agresif. Oleh karena itu saat seseorang sudah tidak bisa mengendalikan emosinya maka bisa membuat melakukan hal yang nekat," ujarnya.

Ketika perlakukan agresif itu muncul biasanya logika dari orang tersebut tidak bermain.

Artinya saat melakukan itu orang akan lebih mengedepankan emosinya dan tidak memikirkan konsekuensi yang akan terjadi jika melakukan hal tersebut.

"Karena sudah menahan diri berkali kali tapi masih diperlakukan sama maka seseorang bisa nekat dan tidak akan memikirkan konsekuensinya apa, dan sekalipun hal tersebut bisa membuatnya masuk penjara, dan akan terpikir konsekuensinya jika setelah melakukan tindakan tersebut, " ungkapnya.

Dalam hal ini, jika di lihat dari umur pelaku dan juga korban yang masih belasan tahun. Di mana umur-umur tersebut masih dalam proses pencarian jati diri, sehingga untuk lingkungan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.

"Berdasarkan teori perkembangan, usia Akil balik itu merupakan usia rawan dimana mereka masih proses mencari jati diri, dan mereka akan banyak mengamati," imbuhnya.

Dari kasus ini tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja namun perlu dilihat pula latar belakang baik si korban ataupun pelaku. 

"Mungkin dari pembuli dia juga punya luka, atau punya contoh dari keluarganya yang tidak menerima dia, atau mengalami traumatik dan yang dibully juga bisa saja dia adalah anak yang tidak pernah diperlakukan kasar ataupun bisa saja dia sering mendapatkan perlakukan seperti itu baik dari lingkungan keluarga dan ditambah dari lingkungan,"bebernya.

Baca juga: Polda Sumsel Tangkap 2 Wanita Pelaku Penipuan Berkedok Arisan Online, Kerugian Rp 30 Miliar

Dalam hal ini pihak keluarga juga harus memberikan perhatian kepada anak usia-usia rawan tersebut.

Orang tua bukan hanya bisa melarang- larang saja namun harus bisa menjadi teman dari anak-anak sehingga anak bisa terbuka untuk bercerita.

Orang tua di jaman sekarang jangan otoriter kepada anak, dan sebagai orang tua harus bisa mengontrol anak-anak dengan bimbingan sebab akibat. 

"Beritahu anak saat apa yang dia lakukan bisa atau tidak menimbulkan dampak yang baik atau tidak baik untuk orang lain," tutupnya 

 

Baca Berita Lainnya di Grup Whatsapp Tribunsumsel

Berita Terkini