Liputan Khusus Tribun Sumsel

Bank Indonesia Siapkan Rp 11 Triliun, Di Palembang Warga Rela Antre Panjang Tukar Uang Receh (2)

Editor: Vanda Rosetiati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jelang lebaran idul Fitri 1443 H warga antusias menukar uang pecahan baru untuk dibagi-bagi sebagai THR. Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sumsel menyiapkan uang kartal Rp 11 Triliun untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran di Sumsel, Babel, Jambi dan Bengkulu.

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan menyiapkan uang kartal sebanyak Rp 11 triliun untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran di Sumsel dan Bangka Belitung, Jambi dan Bengkulu.

Khusus Sumsel sendiri kebutuhan uang kartal tahun ini naik 14 persen menjadi Rp 6,4 triliun dibanding tahun lalu sebesar Rp 5,6 triliun karena naiknya juga pertumbuhan ekonomi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Erwin Soeriadimadja mengatakan uang kartal itu di persiapkan untuk penarikan secara tunai melalui kantor layanan dan mesin ATM perbankan di wilayah Sumatera Selatan, serta untuk memenuhi kebutuhan uang di wilayah Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, dan Bengkulu.

Bagi masyarakat di wilayah Sumatera Selatan yang ingin melakukan penukaran uang tunai jelang Idulfitri, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan telah mempersiapkan dua bentuk layanan yaitu penukaran uang di perbankan, mulai 4-29 April 2022.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan bersinergi dengan perbankan menyiapkan sejumlah 252 titik penukaran di kantor cabang bank umum yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.

Penukaran uang di Mobil Kas Keliling Bank Indonesia mulai tanggal 6-29 April 2022.

Penukaran uang melalui kas keliling Bank Indonesia kembali hadir setelah vakum dua tahun akibat pandemi.

"Kita imbau masyarakat menukar di bank atau jas keliling saja karena terjamin keasliannya dan juga gratis tidak ada biaya jasa seperti menukar di pinggir jalan," kata Erwin.

Selain menyiapkan uang tunai, Bank Indonesia juga terus mendorong masyarakat untuk menggunakan transaksi pembayaran secara nontunai, antara lain QRIS, uang elektronik, BI-FAST, dan digital banking, yang dapat meminimalisir kontak fisik dalam bertransaksi.

Usaha Dadakan

Sementara itu usaha dadakan jasa penukaran uang THR, dilakoni Handoko. Boleh dibilang Doko, sapaan akrabnya sedikit terlambat memulai usaha ini, karena baru terpikirkan tiga hari lalu.

"Awalnya ada teman ngajakin join modal. Lalu saya pikir kenapa tidak saya juga membuka jasa penukaran uang ini," kata Doko kepada Tribun.

Alhasil baru Rabu (20/4) lalu, dia beranikan membuat status WA menyediakan jasa tukar uang baru.

"Saya tukar sendiri ke bank, lalu uang tukaran itu saya tawarkan ke kawan-kawan kantor juga tetangga, kalau ada yang membutuhkan," ujar anak muda ini.

Doko sendiri mengaku tak memiliki modal besar untuk membuka jasa tukar uang ini. "Semampunya saja, karena kebanyakan kawan-kawan ini meminta uang kecilnya dulu baru memberi uang penggantinya.

Makanya butuh modal besar, tapi saya kecil-kecilan saja," kata Doko.

Hingga H+3 sejak Doko membuka jasa penukaran uang ini, sekitar Rp 10 juta sudah dia tukarkan ke bank untuk mendapat uang baru, dengan fee mulai Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu per segepok uang kecil yang ditukar.

Pelanggannya paling banyak meminta penukaran uang kecil Rp 2.000an dan Rp 5.000an.

"Fee nya lumayan buat nambah-nambahi mau lebaran. Ini masih beguyur, agak telat startnya tapi tidak apalah, pengalaman pertama di lebaran tahun ini," ujarnya.

Selain Doko, ada juga Naya, yang juga membuka jasa penukaran uang THR. Berbeda dengan Doko, Naya sudah sejak awal Ramadan sudah niat menambah penghasilan dari bisnis jasa ini. Omzetnya lebih dari Rp 20 jutaan, bahkan lebih.

"Kebetulan memang banyak temen-temen yang memang males buat antre di bank atau di kas keliling, jadi saya menawarkan jasa ini," kata perempuan yang sehari-hari bekerja di sebuah Even Organizer (EO) Wedding ini.

Untuk menyiasati modal yang harus ditukarkan dengan uang baru, Naya tak segan meminta duluan uang dari klien untuk ditukarkan, atau meminta DP di awal order.

"Karena kita kan mau tukarkan uangnya dulu ke bank, jadi harus punya modal," ujarnya.

Naya mematok fee yang cukup terjangkau dan menurutnya sesuai "uang lelah" karena antre di bank. Untuk penukaran uang kecil Rp 2.000, fee ditetapkan Rp 10 ribu/gepok uang. Uang kecil Rp 5.000, feenya Rp 15 ribu. Uang kecil Rp 10.000 fee Rp 20 ribu dan uang kecil Rp 20.000 feenya Rp 25 ribu/gepok.

"Orderan paling banyak Rp 5.000an dan Rp 10.000an. Ada juga yang Rp 20 ribuan dan Rp 2ribuan, tergantung juga kita dapatnya apa waktu antre di bank," tandasnya.

Kasih Imbalan

Tradisi bagi-bagi uang THR adalah hal yang paling ditunggu-tunggu saat Hari Lebaran.

Menjelang tibanya hari raya, biasanya orang-orang akan menukarkan uang pecahan, seperti uang Rp 100 ribu dengan pecahan Rp 10 ribu atau Rp 5 ribu.

Penukaran uang tersebut bisa dilakukan di bank, tempat penukaran uang, dan broker atau calo.

Namun, beberapa orang ada yang rela memberikan imbalan. Agar lebih mudah mendapatkan uang kecil dan tidak perlu mengantri di bank.

Seperti halnya, Nur Jannah warga Kelurahan Tanjung Rancing Kecamatan Kayuagung Kabupaten Ogan Komering yang sejak jauh hari memesan uang kecil.

"Iya sejak seminggu lalu, saya udah mesen uang pecahan Rp 5.000 sebanyak Rp 1.000.000 dan untuk Rp 10.000 sebanyak Rp 2.000.000, pemesanan di salah satu broker tempat langganan saya,"

"Dimana setiap nominal Rp 1.000.000 upah untuk dia antara Rp 70.000 - 100.000. Sesuai besaran uang yang diminta," ungkap dia.

Dikatakan lebih lanjut, tradisi pemberian uang THR untuk anak kecil disekitar rumah maupun sanak saudara sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Setelah dirinya kerja dan menghasilkan uang sendiri.

"Ya seneng aja kalo bisa memberi ponakan dan tetangga, karena ini juga saya lakukan sebagai bentuk syukur atas rezeki yang didapatkan," tambahnya. (tnf/cr12)

Baca berita lainnya langsung dari google news

 

Berita Terkini