Rudy bahkan terang-terangan akan mendukung Ganjar Pranowo jika toh dipilih Megawati sebagai Capres 2024.
"Jika bangsa ingin dapat ganjaran (anugerah), ya pilih Ganjar Pranowo," ujarnya.
Meski demikian, Rudy tetap menggarisbawahi, ia berada di posisi tengah, yakni Banteng Celeng.
"Saya lebih senang jadi 'Banteng Celeng' yang tegak lurus, kader yang mencari dukungan tegak lurus bukan 'Banteng Celeng' yang memikirkan pundi-pundi," ujarnya.
Soal Banteng Celeng, Rudy menyindir Bambang Pacul yang memiliki jabatan dobel di PDIP Jateng.
Diketahui Bambang Pacul menjabat sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDIP Jawa Tengah
"Jangan mendobel jabatan, seperti tidak ada kader lain saja, karena keputusan semua dari Ketua Umum Partai," ujarnya.
Terpisah, pengamat psikologi politik UNS Solo, Moh Abdul Hakim menilai bahwa tindakan dua politikitus itu merupakan tindakan aksi-reaksi.
"Bentuk labelisasi negatif, seperti Kampret dan Cebong dulu. Tujuannya membuat garis tegas antar kader yang dianggap loyal atau membangkang," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Senin (11/10/2021).
Dengan begitu menurut dia, kader yang pro Ganjar sebagai bakal Calon Presiden 2024 akan berpikir dua kali karena akan dianggap kelompok celeng.
"Entah disadari maupun tidak, akan memperkuat friksi-friksi di internal partai," jelasnya.
Pada akhirnya, pelabelan tersebut akan digunakan untuk menyerang siapapun kelompok yang tidak disukai, sehingga akan memperlebar jarak antar kader.
"Dalam psikologi Jawa, masyarakat menganggap xceleng itu binatang yang menjijikan dan identik dengan perilaku tidak terpuji, seperti mencuri," terang dia.
Dia menuturkan, efek yang dirasa akan sangat kuat, karena pemilihan istilah celeng merupakan pilihan yang cerdas dari pandangan psikologis.
"Dengan begitu akan tertanam di masyarakat, karena reaksi orang Jawa melihat celeng itu akan menghindar," aku dia.