Pembagian waktu garis besarnya adalah untuk prosesi lamaran (biasanya dilakukan tiga bulan sebelumnya), akad nikah, munggah, dan resepsi.
Suasana dan makna religi sangat kental dalam prosesi pernikahan Palembang. Hampir di setiap tahapan mengandung pengharapan dan doa.
Prosesi hingga barang hantaran juga punya makna mendalam, terkait dengan kehidupan rumah tangga, etika, serta kewajiban dan hak suami-istri.
Nilai budaya yang diyakini bisa membawa biduk rumah tangga bahagia, tergambar dalam setiap gerak dan tahapan prosesi.
Calon pengantin perempuan pun harus belajar tari, untuk persembahan kepada pasangannya sebagai tahap akhir prosesi.
Tarian merupakan bentuk pelepasan masa lajang dari sang pengantin perempuan. Tandanya, si perempuan perlu mengkomunikasikan kepada pasangannya jika ingin beraktivitas di luar ranah domestik.
Tahapan pernikahan adat Palembang secara berurutan dan terkait terdiri atas:
Madik (melihat).
Utusan dari pihak keluarga pria berkenalan dengan pihak keluarga wanita untuk mengetahui asal-usul dan silsilah keluarga. Menyenggung. Utusan pihak pria secara resmi membawa hantaran yang disebut tenong atau sangkek.
Ngebet (diikat).
Keluarga pihak pria berkunjung dengan membawa tenong tiga buah pertanda nemuke kato, atau kedua pihak telah sepakat dan perempuan sudah diikat.
Berasan (bermusyawarah).
Musyawarah untuk menentukan apa yang diminta pihak wanita, dan yang diberikan pihak lelaki. Selain itu menentukan adat yang akan dilaksanakan (dari lima pilihan adat). Tahapan ini sarat dengan pantun.
Mutuske Kato. Pertemuan kedua keluarga untuk membuat keputusan terkait dengan ritual dan prosesi pernikahan, termasuk hari pernikahan.
Nganterke Belanjo.