Darurat Covid 19

Mengenal Brain Fog, Penyebabnya Pada Pasien Covid-19, Jadi Pelupa dan Sulit Konsentrasi Usai Isoman

Editor: Slamet Teguh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi otak manusia - Mengenal Brain Fog, Penyebabnya Pada Pasien Covid-19, Jadi Pelupa dan Sulit Konsentrasi Usai Isoman.

TRIBUNSUMSEL.COM - Pandemi Covid-19 masih terus terjadi di Indonesia.

Sejumlah upaya terus dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 ini.

Namun nyatanya, masih banyak orang yang terpapar Covid-19.

Seseorang yang sudah selesai menjalani isolasi mandiri atau sembuh dari Covid-19 masih mengalami gejala atau keluhan. 

Keluhan tersebut  bahkan bisa menetap hingga berminggu-minggu setelah mengalami gejala awal.

Infeksi Covid-19 memang bisa menimbulkan banyak gejala karena virus bisa menyerang berbagai organ. 

Kita semua pernah mendengar tentang gejala umum Covid-19, termasuk batuk, sesak napas, sakit kepala, kelelahan, dan demam.

Jika gejala tersebut bertahan hingga empat minggu hal itu disebut sebagai long Covid.

Melansir Hackensack Meridian health pada Rabu (11/8/2021), penelitian terbaru menunjukkan bahwa 20-30 persen orang mungkin mengalami brain fog atau kabut otak.

Brain fog merupakan masalah yang berkepanjangan yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang karena dapat mengurangi kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari.

Kabut otak mengacu pada masalah dengan pemikiran, ingatan, dan konsentrasi.

Bagi banyak pasien Covid-19 hal ini sulit untuk dijelaskan.

Direktur Medis, Program Rehabilitasi Pasca-Covid di Institut Rehabilitasi JFK Johnson, Talya Fleming, M.D. juga menyebut pasien biasanya tidak menyadari jika ada masalah dalam otaknya ketika baru sembuh dari Covid-19.

“Pasien sering mengatakan bahwa mereka merasa tidak enak badan,” katanya.

"Kami menggunakan istilah 'kabut' karena pasien merasa ada sesuatu yang mengganggu mereka yang membuat segalanya tidak jelas atau sejelas sebelumnya."

Halaman
1234

Berita Terkini