Tambahan lagi, masyarakat sendiri mulai mengeluhkan keadaan ini yang belum kunjung usai.
Tompi menyimpulkan bingung jika masih ada yang bergerak bertindak sendiri-sendiri tak seirama menghentikan penularan Covid-19.
"Katanya capek ama keadaan begini, kalo gak barang dan seiram gak bakalan beres. Nah, kalo semua mau bikin sendiri-sendiri BINGUNGLAH," tutupnya pada cuitan kedua.
Sumber cuitan: https://twitter.com/dr_tompi/status/1420133290699157505
Ucapan ini dikomentari warganet di Twitter.
Ada yang membalas cuitan dr Tompi dengan menyetujui.
"Sebagai pengelola warkop, saya setuju. Jadi gak perlu cari-cari alasan saat ngadepin tamu yang cuma pesen kopi segelas tapi pake colokan dan wifi 5 jam," balas @henriloedji
"Sepakat, dok. Pemerintah kasih “20 menit” ini bukti bahwa memikirkan harapan hidup ribuan pengusaha makanan beserta rantai pasoknya sekaligus juga ajakan untuk tetap efektif & patuh prokes.
Kritikus memang bakal menelan mentah2 ini sbg lelucon yang konyol," tanggap @candramrvl
"Suka hiperbola warga kita. Semua disikapi dengan semaunya sendiri.
Tak ada sense of crisis sama sekali. Yg dianggap lucu terus menerus dibahas. Inilah wajah kita semua," kata @edhi_shi menanggapi.
Namun ada yang berkomentar sikap masyarakat yang berbeda soal pandemi hingga dr Tompi membalas.
"Orang kaya takut tertular, orang miskin lebih takut kelaparan," kata @kokotholedenmaz
"Sayangnya penyakit ini gak peduli kita miskin-kaya. Bisa abis," balas @dr_tompi
Publik Figur Lemparkan Lelucon Aturan Makan 20 Menit, Susi Pudjiastuti: Stopwatch Jangan Lupa
Terdahulu, beberapa figur publik melemparkan lelucon soal pembatasan waktu makan di tempat selama 20 menit hingga mengadakan simulasi.