Dalam wawancara terpisah dengan media komunitas Myanmar Muslim Media, ayah mereka, U Maung Ko Hashin Bai, menjelaskan kata-kata terakhir putrinya itu.
"Dia berkata, 'Aku tidak bisa, Ayah, ini terlalu menyakitkan'."
Dia mengatakan putrinya meninggal setengah jam kemudian ketika dia dilarikan dengan mobil untuk mencari perawatan medis. Polisi juga memukuli dan menangkap putranya yang berusia 19 tahun.
Militer belum mengomentari laporan tersebut.
Dalam pernyataan pers, Save the Children mengatakan mereka merasa "ngeri" dengan kematian anak gadis itu, yang terjadi sehari setelah seorang remaja laki-laki berusia 14 tahun dilaporkan tewas ditembak di Mandalay.
"Kematian anak-anak ini sangat memprihatinkan, mengingat mereka dilaporkan dibunuh saat berada di rumah, tempat mereka seharusnya aman dari bahaya.
"Fakta bahwa begitu banyak anak tewas hampir setiap hari sekarang menunjukkan pengabaian sama sekali terhadap nyawa manusia oleh pasukan keamanan," kata organisasi itu.
Sementara itu pada Rabu, pihak berwenang membebaskan sekitar 600 tahanan yang ditahan di sebuah penjara di Yangon, banyak dari mereka adalah mahasiswa. AAPP mengatakan setidaknya 2.000 orang telah ditangkap dalam tindakan keras sejauh ini.
Para pengunjuk rasa telah merencanakan pemogokan diam-diam dimana banyak bisnis ditutup dan orang-orang tinggal di rumah. Ada juga rencana untuk menyelenggarakan lebih banyak acara untuk memperingati dan menyalakan lilin pada malam hari, baik di Yangon maupun di tempat lain.