TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Harga karet di Sumatera Selatan (Sumsel) untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen hingga 40 persen terus merangkak naik, bahkan tembus melebihi Rp 20 ribu per kg.
"Indikasi harga karet hari ini naik Rp 541 per kg dibandingkan indikasi karet hari Jumat, 19 Februari untuk KKK 100 persen," kata Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel Rudi Arpian MSi, Senin (22/2/2021).
Berdasarkan data Singapore Commodity yang diolah Dinas Perdagangan Provinsi Sumsel bersama Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel, harga karet KKK 100 persen pada 19 Februari 2021 Rp 19.891 per kg.
Sedangkan harga karet hari ini, Senin (22/2/2021) tembus Rp 20 Ribu per kg, dimana untuk KKK 100 persennya di harga Rp 20.432 per kilogram, artinya ada kenaikan Rp 541 per kg dibandingkan harga hari Jumat. Hargakaret Sumsel hari ini tembus Rp 20 ribu ini tertinggi sejak awal tahun 2021. Sebelumnya harga tertinggi terakhir pada 3 Desember 2020 harga Rp. 20.170
Lalu untuk KKK 70 persen di harga 14.302 per kg, KKK 60 persen diharga Rp 12.259 per kg, KKK 50 persen diharga Rp 10.216 per kg, dan KKK 40 persen diharga Rp 8.173 per kg.
Baca juga: Pemkab Muara Enim Hadiri Bimtek Kemendagri, Bahas Platfrom Puja Indah, Tingkatkan Layanan Publik
Baca juga: Orang Tua Setop Anak Sekolah, Puluhan Lembaga TK-PAUD di Palembang Terpaksa Tutup, Tak Ada Murid
Rudi menjelaskan setidaknya ada enam hal yang mempengaruhi harga karet yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar, penggunaan karet sintetis sebagai kompetitor karet alam, supplay dan demand di pasar karet Internasional, perkembangan industri berbahan baku karet, faktor cuaca dan hama penyakit serta permainan spekulan di Pasar Berjangka International.
"Disamping harga karet di Bursa Singapore Comodity (Sicom) mengalami kenaikan. Didorong lagi faktor pelemahan rupiah terhadap dollar, sehingga karet dalam negeri terdongkrak naik," katanya.
Kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah hari ini berada di level Rp 14.110.
Namun meskipun harga karet tinggi tapi harga di tingkat petani tradisional yang 75 persen dari jumlah KK petani karet hanya menikmati harga Rp 6 ribu hingga Rp 8 ribu per kg.
Menurut Rudi ada beberapa hal yang menyebabkan harganya rendah seperti kadar karet kering (KKK) ditingkat petani di bawah 50 persen disebabkan karena umur simpan bokar mereka tidak sampai 1 minggu. Biasanya umur 2-3 hari sudah mereka jual, mengingat kebutuhan rumah tangga yang mendesak.
Masih kata Rudi, yang lebih parah lagi masih adanya kebiasan petani merendam karet ke dalam kolam dan tidak menjaga kebersihan karet dari tatal serta tanah. Akibatnya harga jualnya pun menjadi rendah.
"Untuk itu berbagai upaya telah kita lakukan seperti adanya UPPB di Kabupaten/Kota. Ditingkat kelembagaan Petani UPPB harga karet antara Rp 9 ribu hingga Rp 11 ribu per Kg untuk karet Mingguan dengan KKK antara 50 persen hingga 60 persen," katanya.
Selain itu upaya yang dilakukan Dinas Perkebunan dengan mendorong UPPB untuk memanfaatkan Dana KUR (Kredit Usaha Rakyat).
Menurutnya, dengan dana tersebut UPPB dapat memberikan pinjaman dana talangan kepada petani tradisional yang membutuhkan uang dimuka dan pada saat lelang mingguan, 2 mingguan maupun lelang bulanan uang tersebut dapat dikembalikan
"Di UPPB juga mereka diajarkan untuk menggunakan bahan pembeku anjuran, termasuk edukasi kerugian apabila mereka merendam atau mencampur karetnya dengan bahan bukan karet," ungkapnya.