Peristiwa yang menimpanya saat itu seolah menjadi pengalaman yang paling buruk selama bertahun-tahun merantau ke Jakarta.
Saat ditemui di Polsek Cengkareng, tubuhnya masih kaku ketika bertemu aparat kepolisian. Bahkan, ketika berbicara, Ade pun masih terbata-bata saking takutnya.
Di tengah rasa takutnya, Ade, seorang pedagang bakso ini menceritakan pengalaman pahit yang ia alami.
Pada Selasa tengah malam sekitar pukul 23.00 WIB, Ade tengah beristirahat sejenak seusai berjualan bakso seharian.
Memang keadaan saat ia duduk terasa sepi. Tak ada orang yang berlalu lalang di kawasan itu.
Namun, sudah menjadi kebiasaan Ade duduk santai di depan warung Marmo di Perumahan Mutiara Taman Palm Blok B, Kelurahan Cengkareng Barat sambil memainkan layar ponselnya setiap malam.
Dia sengaja duduk di sana untuk menikmati wifi gratis dari warung Marmo.
Mulai dari download beberapa film hingga bermain games.
Ketika dirinya tengah santai-santai download film, tiba-tiba saja ia disergap dan ditodong senjata laras panjang tepat di wajahnya.
Sontak ia pun tambah kaget ketika tangannya diikat dan diborgol oleh polisi. Pasalnya kejadian yang dialaminya baru dilihatnya di film-film drama.
"Mana barang kamu? Ini barang kamu kan?" kata Ade menirukan suara polisi.
"Tidak Pak, bukan Pak. Bukan punya saya Pak, saya cuma numpang wifi Pak," ucap Ade seraya memohon ampun.
Ade pun tak tahu apa yang ia lakukan kala itu sampai disergap oleh polisi.
Bahkan, ia telah menjawab sejujur-jujurnya pertanyaan polisi padanya tentang bungkus rokok berisi narkoba yang saat itu berada dekat tempat ia duduk.
"Bukan barang saya Pak, saya cuma main handphone," begitu lagi-lagi diungkapkan Ade.
Meski telah berkata jujur dan memohon ampun, nyatanya Ade tetap dibawa ke Polsek Cengkareng menggunakan mobil polisi.