Namun setelah 2012, sudah tidak ada lagi bekas cakar, termasuk bentuk fisik macan sekalipun.
"Makanya kami minta agar dipasang kamera trap di beberapa tempat.
Ada 40 kamera trap yang kami pasang selama tiga bulan, itupun kami tidak mendapat macan tutul.
Tapi kami mendapatkan kijang lumayan banyak," ujarnya.
Guguran Lava
Dikutip dari Kompas.com, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi ( BPPTKG) Yogyakarta menjelaskan soal guguran lava yang terjadi pada Minggu (22/11/2020).
Guguran yang terjadi pada pukul 06.50 WIB itu merupakan lava sisa erupsi Merapi pada tahun 1954.
Terjadi saat peningkatan aktivitas vulkanik
Berdasar penjelasan Kepala BPPTKG Hanik Humaida, peristiwa itu normal terjadi di saat aktivitas Merapi tengah mengalami peningkatan.
"Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mematuhi rekomendasi dari BPPTKG serta arahan dari BPBD dan pemerintah daerah setempat," ujar Hanik melalui keterangan tertulis, Senin (23/11/2020).
Terekam CCTV
Hanik menjelaskan, guguran pada hari Minggu (22/11) itu terekam CCTV di Desa Deles, Klaten, Jawa Tengah.
Lalu, berdasar rekaman seismograf, guguran itu tercatat memiliki amplitudo 75 milimeter dan durasi 82 detik.
Seperti diketahui, sejak status Merapi menjadi siaga (level III), BPPTKG mencatat pada periode pengamatan 22 November hingga pukul 24.00 WIB terjadi 50 gempa guguran, 81 kali gempa embusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal, dan satu kali gempa tektonik jauh.
Radius aman