Nuraini tinggal bersama suami dan tiga anaknya, serta seorang cucunya.
Anak pertamanya sudah menikah, namun saat lahir anak pertama, sang suami meninggalkannya begitu saja.
"Tadinya kan tani, kan pohon kacang buat neduh.
Karena suami saya enggak punya uang enggak kerja jadi dijadiin rumah," ujar Nuraini.
Sejak 2016, sang suami bekerja serabutan, demi bertahan hidup.
Pada 21 Agustus 2020 lalu, sang suami meninggal dunia dan dimakamkan persis di sebelah rumah reot itu.
Nuraini kini harus mengurus tiga anak dan satu cucunya.
Selama empat tahun itu, rumah gubuk Nurani kerap disambangi hewan berbahaya, seperti tikus, ular bahkan kalajengking.
"Kalau tikus sudah jadi teman kali.
Baju rapih malemnya bolong. Kadang muka anak saya dilangkahin," ujarnya.
Bahkan, saat anak ketiganya yang berusia delapan tahun sedang di kamar mandi usai mandi, ular berukuran cukup besar tiba-tiba jatuh dari atap ke bak mandinya.
"Anak saya lagi mandi di bak, pas anak saya selesai ular jatoh di baknya," ujarnya.
Bahkan, hewan buas seperti kalajengking juga kerap masuk ke rumah Nuraini.
"Kalajengking juga segede gini telapak tangan.
Saya getok aja pakai bambu.