Asal-usul Nama Jalan Kolonel Atmo Ahli Senjata dari Solo

Penulis: Eko Hepronis
Editor: Vanda Rosetiati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TUGU PAHLAWAN - Lokasi Tugu Peringatan Pahlawan Nasional samping Rumah Sakit Sobirin atau dekat Stasiun Kereta Lubuklinggau.

TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU - Menyambut Hari Kemerdekaan yang akan jatuh pada tanggal 17 Agustus mendatang monumen perjuangan di Terminal Atas Kota Lubuklinggau mulai diperbaiki.

Saat ini monumen untuk mengenang sejarah perlawanan melawan penjajah ini diperindah dengan di cat ulang dan diberi pagar keliling.

Monumen dalam bentuk Tugu Peringatan Pahlawan Nasional ini tepat berada di samping Rumah Sakit dr Sobirin atau dekat Stasiun Kereta Lubuklinggau.

Monumen ini adalah tempat berkumpulnya 63 pejuang yang gugur saat melawan Jepang. Ke-63 pejuang tersebut dimakamkan di jurang belakang Rumah Sakit dr Sobirin.

Salah satunya pahlawan yang paling dikenal adalah Kolonel Atmo. Namanya bahkan diabadikan menjadi nama jalan protokol di Palembang dan sebuah nama jalan di Kota Lubuklinggau.

Sejarawan Sumbagsel, Suandi mengatakan Kolonel Atmo adalah sosok pahlawan luar biasa yang berasal dari Surakarta atau dikenal dengan Kota Solo saat ini.

Ia bertugas di Kota Lubuklinggau di zaman penjajahan, saat itu ia bertugas di Sub Koss menjadi ahli pemeriksa senjata bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Ketika itu, gedung Sub Koss saat itu dijadikan sebagai tempat mengatur Strategi melawan penjajah. Saat pertempuran itu terjadi banyak para pahlawan gugur.

"Karena ahli persenjataan itu ia ditugaskan sebagai seksi persenjataan di Sub Koss yang membawahi Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel)," kata Suandi pada Tribunsumsel.com, Senin (3/8).

Menurutnya, sosok Atmo adalah sosok pemuda cerdas dan pernah bersekolah khusus mengenai persenjataan di negeri Belanda. Sepulang dari Belanda ia diminta untuk datang ke Lubuklinggau.

"Karena saat itu Sub Koss yang membawahi Sumbagsel tidak ada ahli senjata, maka di datangkanlah Atmo ke Kota Lubuklinggau untuk memeriksa senjata para pejuang," ungkapnya.

Bahkan, seluruh senjata milik TNI yang menjadi penentu layak atau tidak layaknya sebuah senjata untuk dibawa untuk pertempuran harus di periksa Atmo.

Saat itu, lanjutnya ada martir yang didatangkan dari daerah Sawah Lunto ke Kota Lubuklinggau, karena saat itu disana tidak ada ahli persenjataan.

Ketika tiba di Lubuklinggau, oleh Atmo martir itu diperiksa di daerah Talang Jawa atau lebih dikenal Kecamatan Lubuklinggau Timur II saat ini.

"Ketika dalam pemeriksaan itu
tiba-tiba martir yang diperiksa itu meledak, seketika itu Atmo langsung gugur," ungkapnya.

Halaman
12

Berita Terkini