Saat itu ia ditunjuk sebagai Wakil Pemimpin Proyek sekaligus Pemimpin Proyek Penerbitan Koran Sriwijaya Post di Palembang, Sumatera Selatan.
Setahun kemudian, Herman Darmo dipercaya sebagai Pemimpin Proyek Penerbitan Serambi Indonesia di Banda Aceh. Kemudian pada tahun 1989, berlanjut ke Surabaya Jawa Timur untuk melahirkan Harian Surya.
Karena dedikasinya, dalam rentang 1991 hingga 1999 Herman Darmo mendapat kepercayaan memimpin Harian Surya di Surabaya sebagai pemimpin redaksi.
Lantas pada 1999, suami Astati Widayati itu dipercaya menjabat Direktur Kelompok (Dirkel) Pers Daerah Kompas Gramedia menggantikan Mamak Sutamat.
Perjalanan karier Herman Darmo semakin moncer ketika pada 2003 ia membangun koran daerah menggunakan brand Tribun.
Provinsi pertama yang dijadikan pionir Tribun adalah Kalimantan Timur.
Dari sanalah, koran-koran lain yang menggunakan main brand Tribun didirikan.
Hal tersebut berlangsung hingga pada 2014.
Tribun Bali jadi brand Tribun terakhir yang didirikan Herman.
Dalam waktu tak terlalu lama, koran-koran di bawah naungan Tribun Grup menjadi market leader di wilayahnya masing-masing.
Di tengah mengembangkan koran daerah, Herman Darmo juga melakukan lompatan, menjangkau platform digital, mendirikan Tribunnews.com pada 2010.
Tak menunggu lama, hanya dalam waktu delapan tahun Tribunnews.com dan puluhan subdomainnya menjadi portal nomor satu di Nusantara hingga hari ini.
Sebagai pucuk pimpinan di grup Tribun, keutamaan Herman Darmo adalah komitmennya yang luar biasa soal produk.
"Jualanmu besok apa?" begitu pertanyaan yang selalu ia lontarkan kepada kru redaksi mengenai berita andalan setiap edisi, baik versi print (cetak) maupun online.
Dalam berbagai forum konsolidasi dan koordinasi, Herman Darmo selalu menekankan yang utama dalam manajemen pemasaran adalah produk.