Corona di Palembang

Hasil Swab Bocah 2 Tahun di Palembang Belum Keluar, Padahal Sudah 32 Hari Dirawat di RS Pelabuhan

Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ayah NP saat dijumpai di kediamannya, Jumat (12/6/2020)

Apriansyah yang sebelumnya bekerja serabutan saat ini tak lagi bekerja sama sekali.

Dikatakannya, banyak sekali alasan yang diberikan orang lain ketika dirinya ingin bekerja.

"Aku sejak saat itu tidak lagi kerja, banyak dampaknya.

Sebelum itu aku serabutan apa aja aku kerjakan tapi hingga kini orang tidak lagi ingin nerima aku, banyak alasannya dengan rasa ketakutan itu waktu menyampaikannya," kata Apriansyah.

 

Hingga saat ini pun dirinya hanya bisa menghidupi keluarganya dengan mengandalkan stok barang yang ada, karena Apriansyah sudah menyetok barang seperti beras sejak adanya wabah Covid-19.

Akan tetapi karena stok yang tidak banyak, lama kelamaan stok tersebut pun habis dan terpaksa dirinya menjual barang-barang di rumah.

"Memang sebelumnya sudah aku stok sejak ada Covid-19 ini, beras kadang aku jual cuma sekarang ini kalau stok lama-lama habis aku jual barang-barang aku.

Kadang makan mie dengan anak aku yang di rumah ni, sebungkus berdua karena sudah tidak ada lagi uang," lanjutnya.

Dikatakannya hingga saat ini pun belum sama sekali mendapatkan bantuan dari pemerintah mengenai bantuan Covid-19 tersebut.

Ia menjelaskan hanya sekali mendapatkan bantuan dari puskesmas berupa deterjen dan mie.

"Belum ada sama sekali aku dapat bantuan, terakhir waktu itu dapat bantuan dari puskesmas 2 deterjen sama 2 mie itupun sudah habis," kata Apriansyah.

corona (ist)

Yang menjadi ketakutan tersendiri dari keluarga bagaiamana nasib untuk pembayaran rumah sakit.

Apakah dibayarkan secara pribadi atau sudah ditanggung oleh pemerintah.

"Itulah yang jadi ketakutan aku, kalau dibayar sendiri sudah 32 hari anak aku dirawat disana. Besar sekali biayanya itu," lanjutnya.

Tak jarang dirinya dihubungi pihak rumah sakit yang meminta keperluan anaknya seperti susu.

Halaman
1234

Berita Terkini