Corona di OKI

'2 Hari 2 Malam tak Ada yang Mampir', Curhat Pemilik Warung Makan di Jalintim, Sepi karena Corona

Penulis: Winando Davinchi
Editor: Weni Wahyuny
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saropah pemilik warung makan di pinggir Jalan lintas timur yang sangat terdampak akibat Covid-19, Rabu (10/6/2020).

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG -- Imbas wabah corona dirasakan oleh pemilik usaha bidang kuliner di sepanjang Jalan lintas timur (Jalintim) Provinsi Sumatera Selatan.

Dimulai sejak dibukanya Jalan Tol Trans Sumatera ruas Terbanggi Besar - Pematang Panggang - Kayuagung (Terpeka) yang kala itu juga ada penggratisan masuk tol.

Kala itu banyak mobil yang lebih memilih melewati jalan tol yang baru saja dibuka dibandingkan melewati jalan lintas timur yang memang rutenya lebih panjang jika dibanding melewati tol.

Karena sepinya kendaraan yang melewati Jalintim, tak sedikit dari pengusaha rumah makan memilih untuk menutup usahanya atau merumahkan para karyawannya.

HOAX Rekaman Suara Korban Mutilasi di 14 Ulu Palembang, Nyatanya Warga Meninggal karena Sakit

Kemudian saat ruas tol Terpeka mulai diberlakukan pembayaran tarif tol, banyak kendaraan yang kembali melewati Jalintim namun tidak seramai sebelum adanya tol.

Cobaan kembali menimpa mereka, virus corona disease (Covid-19) yang awal mulanya menjangkit wilayah Wuhan (China) masuk ke Indonesia dan kembali menyebabkan pengalaman pahit bagi pengusaha kuliner di sepanjang Jalintim.

Wartawan Tribunsumsel.com menemui Saropah, salah satu pemilik warung makan yang merasakan dampak, beralamat di Jalan lintas timur Desa Talang Pangeran, kecamatan Teluk Gelam kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

Saropah menceritakan sepinya pembeli di masa-masa sekarang ini, bahkan sudah lebih dari setengah tahun merasakan kemunduran ekonomi.

"Ya kan mulai sepi sejak tol buka itu, kurang lebih di bulan September 2019 waktu tol masih gratis, jadi jalan ini sepi sekali, mulai terasa rame lagi pada bulan awal 2020,"

"Eh baru sebentar kembali merasakan pendapatan membaik, virus corona mulai masuk ke Indonesia dan sekarang jadi sepi lagi," ungkapnya memulai cerita, Rabu (10/6/2020) siang.

Saropah yang sudah mulai membuka warung makan di Jalintim, yang membuat warungnya kembali sepi yakni pelanggannya yang merupakan mobil pengantar barang dari gudang-gudang besar sudah tidak jalan lagi.

Persiapan Tim OKI di Turnamen PUBG Mobile Piala Gubernur Sumsel, Cari Lokasi hingga Berbagi Hotspot

"Dampak dari corona ini kan mobil pengantar barang dari gudang tidak jalan lagi karena banyak gudang yang ditutup akibat corona," tuturnya.

Ironisnya, Saropah yang baru saja kembali merasakan keuangannya membaik justru sekarang harus kembali jatuh bahkan lebih sulit untuk mendapat uang dari usahanya tersebut.

"Sebelum ada tol pendapatannya sehari semalam bisa Rp600.000, tapi saat tol buka pendapatan berkurang jauh mendapatkan uang Rp50.000 sehari saja saya sudah senang,"

"Apalagi ada corona seperti ini, makin jatoh lagi keuangan saya. Ini aja dua hari dua malam tidak ada pelanggan yang mampir membeli," ungkapnya dengan logat bahasa jawa.

Keadaan seperti ini membuatnya tak bisa lagi menabung pendapatan hanya bisa memenuhi kebutuhan primernya yaitu yang penting masih bisa makan.

"Sebelum tol dibuka dan sebelum virus corona masuk ke Indonesia saya masih bisa menyisihkan uang untuk menabung kalau sekarang boro-boro yang penting perut terisi gitu aja dulu," ucapnya.

Ibu dari tiga orang anak ini menambahkan tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah karena statusnya sebagai perantau dan disisi lain ia juga harus terus membayar uang sewa.

"Selama musim corona ini saya tidak mendapat bantuan apapun, ya memang juga menyadari sih tidak dapat bantuan karena KTP dan KK saya alamatnya di Way Kanan Provinsi Lampung, disini hanya sebatas domisili saja,"

"Rumah sama tanah ini saya nyewa per tahunnya Rp8 juta, dulu ya sanggup membayar. Kalau sekarang saya minta turunin harga sewa tempatnya," jelasnya sembari menyambung jika tidak bisa berbuat apa-apa selain mempercayakan semuanya kepada tuhan yang maha esa.

Disebutkannya, untuk mensiasati keadaan yang serba sulit sekarang ini dirinya tidak menyiapkan makanan siap saji supaya tidak mubazir jika tidak ada yang membeli nasi di warungnya.

"Ya untungnya saya juga tidak menyediakan makanan siap saji, semuanya diolah mendadak kalau memang ada yg mampir untuk makan,"

"Kalau sebelum tol ada memang selalu siap saji, tapi kalau sekarang seperti itu akan mubazir karena tidak ada pembeli," ujarnya.

Saropah menyebutkan jika saat ini dirinya hanya menggantungkan harapan kepada pelanggan di sekitar warungnya walau hanya sekedar ngopi.

"Palingan yang beli hanya sekedar orang ngopi di sini, ya walaupun begitu tetap kami terima seberapapun rejeki yang didapat," imbuhnya.

Saropah berharap keadaan bisa normal kembali, dan pendapatan atau ekonomi keluarganya bisa membaik.

"Mudah-mudahan saja corona cepat hilang atau keadaan kembali pulih, kan mall-mall mulai dibuka mungkin gudang-gudang juga sudah mulai dibuka, bisa ada mobil pengantar barang dari gudang lewat sini lagi kan,"

"Karena memang langganan di warung makan saya ini mobil truk besar - besar membawa barang dari gudang penyimpanan," tutupnya.

Berita Terkini