TRIBUNSUMSEL.COM - Sejumlah pekerja seks komersial (PSK) asal China yang membuka layanan di Selandia Baru nyaris tak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Wabah virus corona juga berdampak pada dunia prostitusi.
Kini pekerja seks komersial asal China di Selandia Baru tak mau mengaku bahwa mereka berasal dari China.
Sehingga mereka harus pura-pura menyebut negara lain sebagai asal identitas mereka.
Beberapa dari mereka mengaku berasal dari Korea Selatan, Jepang, atau hanya menyebut kata 'Asia' dalam iklan online.
"Saya tidak menyebutkan bahwa saya orang China, dan saya menawarkan diskon besar, tapi klien tetap menghindari kami seolah-olah kami adalah virusnya," kata seorang PSK asal China, dikutip dari New Zealand Herald.
• Sinar Sang Mega Bintang Ronaldinho Memudar, Terlilit Utang dan Terancam Dipenjara
Wanita yang enggan disebut namanya itu mengatakan dia telah mengganti kewarganegaraannya ke "Asia" dalam beberapa direktori seks online.
Meski begitu, pendapatannya tetap menurun sekitar separuh dari biasanya, dalam dua minggu terakhir.
"Bisnis sedang surut dan tidak pernah seburuk ini sebelumnya," ungkapnya.
Padahal wanita itu adalah penduduk Selandia Baru dan belum kembali ke Negeri "Tirai Bambu" dalam delapan tahun terakhir.
Namun tetap saja kliennya tidak peduli, dan melihatnya sebagai "orang dari Wuhan", tempat virus corona yang mematikan itu berasal.
Catherine Healy, seorang aktivis hak-hak PSK di Selandia Baru, mengatakan ini adalah "masa yang sangat mengkhawatirkan bagi pekerja seks".
"Kami prihatin dengan kemampuan orang memghindari virus ini dan bertahan secara finansial," kata Healy pada New Zealand Herald.
Dalam Undang-Undang Reformasi Prostitusi 2003, hanya warga negara dan penduduk Selandia Baru yang diizinkan bekerja di industri seks.
Pilih-pilih klien