Sebab, selama ini Tejo tak pernah menyerangnya meski ia kerap tidur bersama di kamarnya.
“Bahkan, tubuh saya kerap dilewati, tapi dia tidak pernah menyerang atau menggigit,” katanya.
Namun, dia tetap memiliki rasa takut saat bersama Tejo.
Dia sadar bahawa ular jenis ini tidak bisa jinak dan memiliki bisa yang bisa membunuhnya sewaktu-waktu.
Dia juga menjaga, agar ularnya tidak menyerang istrinya. Setiap kali istrinya pulang ke rumah, dia mengembalikan Tejo ke kandangnya.
“Istri saya kan masih kuliah di Solo. Kalau pulang ke rumah, Tejo saya masukan ke kandangnya,” katanya.
Dia sangat menyayangi Tejo seperti layaknya anaknya sendiri.
Pernah ada orang yang menawar Tejo hingga Rp 6 juta, namun dia enggan menjual ular kesayangannya itu.
“Banyak yang nawar untuk membeli ular ini. Kemarin ada itu yang nawar Rp 6 juta. Tapi saya tidak berika,” terangnya.
Selain memelihara Tejo, Sinyo juga memiliki puluhan ekor ular jenis lainnya.
Dia memiliki 15 indukan ular piton, lima ular piton jantan, dan sembilan ular king cobra ekor.
“Ini di rumah hanya ada empat ekor ular piton dan dua ekor king cobra. Untuk king cobra yang satu ekor masih kecil.”
“Sebagian lainnya, saya titipkan di rumah teman saya karena keterbatasan kandang,” jelasnya.
Untuk makanan, dia rutin memberikan pakan anak tikus dan ular seminggu sekali.
King cobra merupakan jenis ular kanibal atau yang memakan sesama ular, Sinyo ingin Tejo mengonsumsi sesuai rantai makanannya di alam liar.