Tentu kata dia, permasalahan itu berdampak pada operasional RS.
Namun untuk pelayanan pasien masih tetap berjalan.
"Upaya kami mengatasi rendahnya likuiditas sebagai dampak belum dibayarnya klaim RS oleh BPJS adalah kami melakukan efisiensi di semua aktivitas operasional," jelasnya.
Misalnya juga penggunaan listrik, telepon, dan air secara cermat. Pengurangan efisiensi pemakaian ATK, kertas, cetakan.
"Kegiatan rapat tidak menggunakan snack rapat lagi. Perjalanan dinas untuk hal-hal yang sangat penting. Pembayaran jasa dokter tertunda tertunda. Saat ini baru membayar jasa Juni. Pengunaan dan pemesanan obat secara cermat dan efisien," bebernya.
Upaya lain pihaknya lakukan yakni berusaha untuk mencari pendapatan dengan membuka pelayanan-pelayanan umum seperti Graha Eksekutif, pelayanan Medical Check-Up ke perusahaan-perusahaan seperti dengan PDAM Tirta Musi.
"Dengan cara begini salah satu juga untuk mencari pendapatan bagi RSUD Bari," jelasnya.
Makiani mengatakan untuk pembayaran gaji pegawai honor tetap diprioritaskan.
"Tetap kita priotiaskan gaji pegawai honorer tanpa pengurangan sedikit pun," tegasnya.
Ia berharap BPJS segera membayar utang ke RS dan ke depannya supaya lebih pasti lagi pembayaran klaim ke rumah sakit.
Kondisi serupa dialami RSMH Palembang yang juga turut terkena imbas akibat tunggakan klaim BPJS Kesehatan.
"Kami juga turut prihatin dengan keadaan ini. Namun memang kami akui saat ini sudah mulai mengurangi perjalanan dinas yang kami tunda terlebih dahulu akibat tunggakan klaim BPJS ini," jelas Koordinator Humas RSMH Palembang, Akhamd Suhaimi.
Sejak awal tahun lalu juga meniadakan snack di setiap acara. Terkecuali acara atau rapat dalam waktu lama.
"Kami juga selama ini telah melakukan pengehematan air, listrik bahkan ATK seperti kertas sisa yang masih bisa dipakai untuk print ulang atau bolak-balik juga kami lakukan saat ini sehingga tidak langsung dibuang saja," jelasnya.
"Namum untuk pelayanan tetap terus kami maksimalkan karena pelayanan tetap menjadi nomor satu," tegasnya.