"Waktu di bandara, kita masih sempat video call dan bercanda 'cie penganten baru', begitu dianya ke saya," lanjutnya.
"Waktu perjalanan di kereta kita juga masih sempat video call juga."
"Dia lalu ketiduran hingga pukul 00.00 WIB malam."
"Lalu, saya WA 'sudah sampai mana' terus dia balas 'Ini baru sampai yang'," kata Diar yang selalu memantau kekasihnya Angga melalui pesan WhatsApp.
Namun selepas pukul 00.00 WIB, itu ternyata menjadi komunikasi terakhir mereka.
Karena, pesan dari Diar sudah tidak lagi dibalas.
Diar menceritakan bahwa almarhum Angga saat itu sampai di Stasiun Kroya.
Dia kemudian dijemput oleh ayahnya, Wasto Haryo Susanto menggunakan kendaraan Toyota Avanza R 9503 K.
Sekira pukul 01.30 WIB, keduanya pergi meninggalkan Stasiun Kroya untuk pulang ke rumah mereka.
Rumah mereka berada di Desa Kuripan, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap.
Namun berdasarkan informasi dari Diar, ayah almarhum Lettu Angga saat itu dalam kondisi kelelahan.
Mengingat sebelumnya, ayah almarhum sempat mengirim surat undangan untuk keluarga yang berada di daerah Majenang.
"Bapaknya kebetulan habis mengantar undangan dari Majenang, karena Sabtu kita akan akad jadi dia memberitahu saudaranya untuk datang," katanya.
Sang mempelai wanita, Diar mengetahui kabar duka tersebut dari adik korban, yang memberitahukan bahwa korban dalam keadaan kritis.
"Saya kira waktu itu bercanda, karena sore hingga malam kita masih bercanda dan video call," ucap Diar.
Mendengar kabar tersebut, dia akhirnya langsung ke ruang IGD RSUD Kabupaten Cilacap.
Tetapi ketika sampai di sana, Angga sudah tidak berada di ruang IGD tetapi sudah di ruang jenazah.
"Saya sudah seperti orang tersambar petir, bayangkan saja besok mau akad, pacarannya kita sudah 7 tahun," ungkap Diar berlinang air mata.
Kisah cinta mereka sudah terjalin begitu lama.
Benih-benih cinta itu tumbuh semenjak Diar lulus SMA dan Angga masih bersekolah di SMA Taruna Nusantara, pada 2013.
Firasat akan kepergian sang kekasih sudah dirasakan Diar sejak malam.
Dia merasa ada sesuatu yang aneh dan tidak nyaman ketika Angga sampai di Stasiun Kroya.
"Selepas itu saya tidak bisa tidur sama sekali, saya mau akad nikah tetapi kenapa saya tidak senang."
"Semestinya hari ini saya mau akad, tetapi Jumat nya dia malah meninggal."
"Padahal, dia sudah senang sekali dan sangat antusias pulang karena akan nikah," ungkapnya.
Antusiasme almarhum Lettu TNI Angga Pradipta untuk menikah memang sangat nampak.
Mengingat, pekerjaan dia sebagai anggota TNI di Medan membuat waktu bertemu dengan sang pujaan hati sangat terbatas.
Almarhum bahkan sudah mempersiapkan segala sesuatunya.
Termasuk, biaya pernikahan dan persiapan pesta pernikahan dengan konsep 'Pedang Pora'.
Isi Pesan Wa Terakhir
Diar Kusuma Dewi tak pernah menyangka bahwa sehari menjelang pernikahannya, ia justru mendapatkan kabar duka.
Kekasih Lettu TNI Angga Pradipta itu menuturkan sempat melakukan video call.
"Akad nikah semestinya digelar hari ini pada Sabtu (24/8/2019). Waktu di bandara kita masih sempat video call dan bercanda 'cie pengantin baru' begitu dianya ke saya," ucap Diar Kusuma Dewi sambil menyeka air mata, saat ditemui Tribunjateng.com (grup Surya.co.id), Sabtu (24/8/2019).
"Waktu perjalanan di kereta kita juga masih sempat video call juga," kata Diar.
Dia lalu ketiduran hingga jam 00.00 WIB malam, lalu saya WA 'sudah sampai mana' terus dia balas 'Ini baru sampai yang', kata Diar yang selalu memantau kekasihnya Angga melalui pesan WhatsApp.
Namun, selepas pukul 00.00 WIB ternyata menjadi komunikasi terakhir mereka, karena chatting dari Diar sudah tidak dibalas lagi.
Diar menceritakan almarhum Angga saat itu sampai di Stasiun Kroya.
Dia kemudian dijemput oleh ayahnya, Wasto Haryo Susanto menggunakan kendaraan Toyota Avanza R 9503 K.
Sekira pukul 01.30 WIB keduanya pergi meninggalkan Stasiun Kroya untuk pulang ke rumah mereka yang berada di Desa Kuripan, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap.
Namun, berdasarkan informasi dari Diar, ayah dari almarhum Lettu Angga saat itu dalam kondisi kelelahan.
Mengingat sebelumnya ayah dari almarhum sempat mengirim surat undangan untuk keluarga yang berada di daerah Majenang.
"Bapaknya kebetulan habis mengantar undangan dari Majenang, karena Sabtu kita akan akad jadi dia memberitahu saudaranya untuk datang," katanya.
Sang mempelai wanita, Diar mengetahui kabar duka tersebut dari adik korban yang memberitahukan korban dalam keadaan kritis.
"Saya kira waktu itu bercanda, karena sore hingga malam kita masih bercanda dan video call," ucap Diar.
Mendengar kabar tersebut dia akhirnya langsung ke ruang IGD RSUD Kabupaten Cilacap.
Akan tetapi ketika sampai di sana, Angga sudah tidak berada di ruang IGD tetapi sudah di ruang jenazah.
"Saya sudah seperti orang tersambar petir, bayangkan saja mas besok mau akad, pacarannya kita sudah 7 tahun," ungkap Diar berlinang air mata.
Kisah cinta mereka sudah terjalin begitu lama.
Benih-benih cinta itu tumbuh semenjak Diar lulus SMA dan Angga masih bersekolah di SMA Taruna Nusantara yaitu dari tahun 2013.
Firasat akan kepergian sang kekasih sudah dirasakan oleh Diar semenjak malam.
Dia merasa ada sesuatu yang aneh dan tidak nyaman ketika Angga sampai di Stasiun Kroya.
"Selepas itu saya tidak bisa tidur sama sekali, saya mau akad nikah tetapi kenapa saya tidak senang. Semestinya hari ini saya mau akad, tetapi Jumat nya dia malah meninggal. Padahal dia sudah senang sekali dan sangat antusias pulang karena akan nikah," kenangnya.
(*)